Pusat Studi School Nutrition Health Movement (SNHM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) terus berupaya mengintegrasikan pendidikan gizi dan kesehatan ke dalam kurikulum sekolah dasar.
Langkah ini dilakukan melalui kolaborasi strategis dengan UNESCO Chair of Global Health and Education (GHE) dan SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari.
Salah satu wujud nyata dari upaya ini adalah pelaksanaan pelatihan modul Gizi Kesehatan untuk siswa kelas 1 hingga 6 SD, yang diselenggarakan di Ruang Pertemuan Siti Badilah, Perpustakaan UMS. Kegiatan ini menyasar para guru sekolah dasar sebagai peserta utama pelatihan.
Manajer UNESCO Chair GHE, Goof Buijs, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran sekolah dalam mendidik murid tentang kesehatan.
Dia menyatakan bahwa pendidikan memiliki kontribusi besar terhadap kualitas kesehatan anak.
“Dengan membekali guru dengan alat bantu dan pengetahuan yang tepat, mereka akan lebih percaya diri menyampaikan pesan-pesan gizi yang benar kepada siswa di kelas,” ujarnya.
Ketua Pusat Studi SNHM Setyaningrum Rahmawaty, M.Kes, Ph.D menjelaskan, pelatihan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman guru mengenai isi modul yang telah dikembangkan sebagai panduan pendidikan gizi.
“Modul ini tidak hanya membahas gizi seimbang, tetapi juga topik-topik penting lainnya seperti kebersihan pribadi, postur tubuh yang sehat, aktivitas fisik anak, sanitasi lingkungan sekolah, serta pemantauan status gizi siswa sebagai bagian dari indikator kesehatan,” jabarnya.
Setyaningrum menegaskan pentingnya dukungan dari pihak sekolah dan orang tua agar modul ini dapat diimplementasikan secara menyeluruh dalam pembelajaran.
“Diperlukan komitmen bersama untuk mendorong perubahan perilaku hidup sehat pada anak-anak,” tegasnya.
Pengembangan modul ini telah melibatkan berbagai pihak dari lingkungan akademik UMS, termasuk para ahli gizi, fisioterapis, dokter gigi, dan sanitarian.
Proyek ini juga mendapatkan dukungan pendanaan dari hibah BIMA (Basis Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI selama tahun 2023 dan 2024.
Dalam proses penyusunan, sebanyak 23 guru dari sekolah dasar Muhammadiyah di Surakarta yang menangani Unit Kesehatan Sekolah (UKS) turut dilibatkan dalam diskusi kelompok terfokus.
Setelah dirancang, modul tersebut diuji validitasnya oleh tim penyusun bersama ahli bahasa, ahli media, dan siswa kelas 1–6 dengan didampingi orang tua masing-masing.
Setyaningrum mengungkapkan bahwa salah satu tantangan besar dalam UKS saat ini adalah pengelolaan yang belum optimal.
Dia a mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan peran UKS secara berkelanjutan.
“Pemahaman akan pentingnya kesehatan harus menjadi bagian yang menyatu dalam proses pendidikan, demi menjamin kesejahteraan dan masa depan anak-anak,” pungkasnya. (gede arga adrian)
