Asal-usul Panggilan Haji

www.majelistabligh.id -

*)Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri

Panggilan “Haji” yang umum digunakan di Indonesia untuk seseorang yang telah menunaikan ibadah haji, sebenarnya memiliki asal-usul yang unik dan terkait erat dengan sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia. Panggilan ini bukan sekedar penghormatan atau gelar, melainkan memiliki akar sejarah yang kuat.

Asal-usul Gelar “Haji” di Indonesia
Gelar “Haji” diperkenalkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1916, sebagai bagian dari upaya pengawasan terhadap para jamaah haji yang kembali dari tanah suci.

Tujuan Pengawasan

Pemerintah kolonial khawatir akan pengaruh para jamaah haji yang mungkin telah terpapar paham antikolonialisme di Makkah.

Pemicu Perlawanan
Perlu diketahui bahwa pada masa itu, Islam merupakan salah satu kekuatan yang menentang penjajahan Belanda.

Penggunaan Gelar
Gelar “Haji” disematkan di depan nama setiap jamaah haji yang kembali dari tanah suci, sebagai tanda pengenal dan memudahkan pengawasan.

Awal Mula Pemberian
Pemberian gelar “Haji” pertama kali diatur dalam Peraturan Pemerintah Belanda Staatsblad tahun 1903, dengan tujuan untuk mempermudah pengawasan.

Perubahan Makna
Seiring berjalannya waktu, gelar “Haji” tidak hanya menjadi simbol pengawasan, tetapi juga berkembang menjadi tanda penghormatan dan kebanggaan dalam masyarakat.

Perbedaan dengan Negara Lain

Tidak Umum di Negara Lain
Panggilan “Haji” sebagai penanda bagi mereka yang telah menunaikan ibadah haji, hanya umum di Indonesia dan beberapa negara/ wilayah Islam, seperti Melayu, seperti Malaysia, Brunei, Singapore, dan Thailand Selatan.

Makna yang Berbeda
Di negara-negara lain, orang yang telah menunaikan ibadah haji mungkin hanya dikenal dengan gelar agama atau panggilan lain yang biasa, tanpa adanya gelar khusus seperti “Haji”.

Bahwasannya panggilan “Haji” di Indonesia memiliki asal-usul yang unik, dan terkait dengan sejarah kolonialisme Belanda. Meskipun saat ini gelar “haji” telah menjadi simbol penghormatan dan kebanggaan, penting untuk diingat akar sejarahnya sebagai bagian dari upaya pengawasan oleh pemerintah kolonial.

Wallahu’alam bishshawab. (*)

Tinggalkan Balasan

Search