Hakikat Manusia, Antara Kemuliaan dan Kerugian

Hakikat Manusia, Antara Kemuliaan dan Kerugian
www.majelistabligh.id -

*) Oleh: Muhammad Nashihudin MSI
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur

Pada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia dalam kondisi sangat sempurna, baik fisik maupun mental dan lengkap dengan panca indera. Ini diharapkan agar manusia berbeda dengan mahluk hidup lainnya.
Kemuliaan tersebut dapat diraih dengan cara menaati perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Jika mereka keluar dari keyakinan dan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulnya, maka jatuhlah mereka pada kondisi terjelek dan terburuk.

Kehidupan sehari-hari di dunia yang penuh cobaan bagi mereka yang mengaku dirinya beriman.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِ نْسَا نَ فِيْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,”
(QS. At-Tin 95: Ayat 4)

ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَا فِلِيْنَ

“kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,”
(QS. At-Tin 95: Ayat 5)

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ

“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.”
(QS. At-Tin 95: Ayat 6)

Tipe manusia yang merugi dan rumit tidak produktif karena mereka jauh dari hidayah dan melewati bimbingan dari Rasulullah Saw. Karena di dunia ini adalah tempat yang penuh liku-liku kehidupan dan cobaan. Al Qur’an dan hadis merupakan pedoman hidup dan kehidupan dalam meraih sukses di dunia dan akhirat.

1. Manusia suka mengeluh kecuali orang-orang yang salat

اِنَّ الْاِ نْسَا نَ خُلِقَ هَلُوْعًا

“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.”
(QS. Al-Ma’arij 70: Ayat 19)
اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا

“Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah,”
(QS. Al-Ma’arij 70: Ayat 20)

2. Semua manusia hidup dalam kerugian

اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَفِيْ خُسْرٍ

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian,”
(QS. Al-‘Asr 103: Ayat 2)

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّ ۙ وَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ

“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
(QS. Al-‘Asr 103: Ayat 3)

3. Manusia pada dasarnya mempunyai sifat sifat buruk seperti bakhil dan tidak bersyukur

اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لِرَبِّهٖ لَـكَنُوْدٌ

“sungguh, manusia itu sangat ingkar, (tidak bersyukur) kepada Tuhannya,”
(QS. Al-‘Adiyat 100: Ayat 6)

4. Kajian Tafsir Ibnu Katsir tentang kehidupan manusia di dunia, Al-Balad, ayat 1-10
لَا أُقْسِمُ بِهَذَا الْبَلَدِ (1) وَأَنْتَ حِلٌّ بِهَذَا الْبَلَدِ (2) وَوَالِدٍ وَمَا وَلَدَ (3) لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ (4) أَيَحْسَبُ أَنْ لَنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ (5) يَقُولُ أَهْلَكْتُ مَالًا لُبَدًا (6) أَيَحْسَبُ أَنْ لَمْ يَرَهُ أَحَدٌ (7) أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ (8) وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ (9) وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ (10)

Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Makkah), dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Makkah ini, dan demi bapak dan anaknya. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya? Dia mengatakan.”Aku telah menghabiskan harta yang banyak.” Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah, dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.

Ini merupakan sumpah dari Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dengan menyebut Makkah Ummul Qura dalam keadaan halal bagi orang yang bertempat tinggal di dalamnya. Untuk mengingatkan keagungan kedudukan kota Makkah di saat penduduknya sedang melakukan ihram.

Khasif telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Makkah). (Al-Balad: 1) Sumpah ini bukanlah sanggahan terhadap mereka; Allah (Subhanahu wa Ta’ala) hanya bersumpah dengan menyebut nama kota ini (Makkah).

Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).: Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini. (Al-Balad: 1) Yakni kota Makkah. dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Makkah ini. (Al-Balad: 2) Yaitu engkau Muhammad, diperbolehkan bagimu melakukan peperangan di dalamnya.

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sa’id ibnu Jubair, Abu Saleh, Atiyyah, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid. Mujahid mengatakan bahwa apa saja yang engkau peroleh darinya, dihalalkan bagimu.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Makkah ini. (Al-Balad: 2) Maksudnya. engkau boleh tinggal di kota ini tanpa dibebani rasa dosa ataupun halangan.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menghalalkannya bagi Nabi (Subhanahu wa Ta’ala) dalam sesaat dari siang hari.

Makna dari apa yang dikatakan oleh mereka sehubungan dengan hal ini memang telah disebutkan di dalam hadis yang telah disepakati kesahihannya, yaitu:

“إِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، فَهُوَ حَرَامٌ بحُرمَة اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُعضَد شَجَرُهُ وَلَا يُخْتَلَى خَلَاهُ. وَإِنَّمَا أُحِلَّتْ لِي سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، وَقَدْ عَادَتْ حُرْمَتُهَا الْيَوْمَ كحرمتها بالأمس، ألا فليبلغ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ”

Sesungguhnya kota ini telah diharamkan (disucikan) oleh Allah di hari Dia menciptakan langit dan bumi, maka kota ini menjadi kota yang suci karena disucikan oleh Allah sampai hari kiamat nanti. Pepohonannya tidak boleh ditebang dan tetumbuhannya tidak boleh dicabuti. Dan sesungguhnya kota ini dihalalkan bagiku hanya dalam sesaat dari siang hari. Kemudian kesuciannya kembali lagi di hari ini sebagaimana kesuciannya di hari sebelumnya. Ingatlah. hendaklah orang yang hadir menyampaikan (berita ini) kepada orang yang tidak hadir.

 

Tinggalkan Balasan

Search