Ketua Umum PP Muhammadiyah Resmikan Masjid Pertama di Sumbu Filosofis Yogja

Ketua Umum PP Muhammadiyah Resmikan Masjid Pertama di Sumbu Filosofis Yogja
www.majelistabligh.id -

Sebuah momentum bersejarah kembali terukir di Kota Yogyakarta. Masjid Ngadinegaran, yang berdiri tepat di garis Sumbu Filosofis Yogyakarta, diresmikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., Jumat (31/10/2025). Masjid ini menjadi yang pertama dibangun di kawasan bersejarah tersebut, menandai harmoni antara nilai-nilai keislaman dan kebudayaan Jawa yang hidup berdampingan di jantung peradaban Yogyakarta.

Peresmian berlangsung khidmat dihadiri warga, tokoh masyarakat, dan unsur pimpinan Muhammadiyah. Dalam sambutannya, Prof. Haedar menegaskan bahwa Masjid Ngadinegaran bukan hanya bangunan ibadah, tetapi simbol peradaban Islam yang membumi.

“Masjid ini bukan sekadar tempat salat, tetapi rumah peradaban. Di sini, Islam menyatu dengan budaya luhur, menjadi teladan bagi dakwah yang mencerahkan,” kata Haedar Nashir di hadapan jamaah.

Masjid ini memiliki desain arsitektur khas dengan atap tumpang tiga dan mustaka di puncaknya. Unsur arsitektur tersebut bukan tanpa makna, tetapi mencerminkan perjalanan spiritual manusia menuju kesempurnaan hidup melalui empat tahap: syariat, tarekat, hakikat, dan ma’rifat. Dalam kerangka ajaran Islam, makna itu sejajar dengan upaya mencapai iman, Islam, dan ihsan menuju derajat taqwa.’

“Simbol ini menggambarkan perjalanan batin manusia dalam menyucikan diri, agar mencapai kesempurnaan iman dan taqwa,” tutur Prof. Haedar.

Menurutnya, keberadaan Masjid Ngadinegaran menjadi pengingat bahwa Islam dan budaya tidak terpisahkan, justru saling menguatkan.

“Kita perlu memahami bahwa budaya Jawa yang diwariskan oleh Keraton Yogyakarta merupakan bagian dari warisan Kerajaan Mataram Islam. Karena itu unsur Islam di dalamnya sangat kental dan menjadi kekuatan spiritual masyarakat,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menegaskan pentingnya menghadirkan dakwah yang ramah terhadap budaya lokal. Ia menilai, pembangunan Masjid Ngadinegaran adalah manifestasi nyata dari Islam berkemajuan, yakni Islam yang menghargai tradisi, berakar pada kearifan lokal, dan tetap berorientasi pada kemajuan umat. “Inilah wajah Islam berkemajuan yang menghidupkan kebudayaan, bukan meniadakannya,” ungkapnya.

Prof. Haedar juga memberikan apresiasi tinggi kepada takmir masjid dan warga sekitar yang telah bergotong royong dalam proses pembangunan hingga peresmian. Ia berharap masjid ini menjadi pusat pencerahan umat yang aktif membina akhlak, ilmu, dan solidaritas sosial. “Masjid ini harus hidup dan berdenyut, menjadi tempat menebar ilmu, amal, dan nilai kemanusiaan yang berpadu dengan budaya luhur,” pesannya.

Acara peresmian ditutup dengan penandatanganan prasasti dan doa bersama. Kehadiran Masjid Ngadinegaran kini menegaskan bahwa di tengah hiruk-pikuk modernitas, Yogyakarta tetap mampu menjaga harmoni antara agama dan budaya, menjadikan masjid ini sebagai ‘”simbol sinergi antara Islam, tradisi, dan kemajuan” peradaban. (m.roissudin)

Tinggalkan Balasan

Search