Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah memperkuat sistem layanan medis menjelang pergerakan jemaah haji Indonesia gelombang pertama dari Madinah ke Makkah. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi risiko kesehatan, terutama bagi jemaah lansia yang jumlahnya cukup signifikan dan harus menjalani ibadah dalam kondisi cuaca ekstrem.
Menurut data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), sejak 2 Mei hingga Jumat (9/5), sebanyak 52.164 jemaah telah tiba di Madinah. Dari jumlah tersebut, 11.209 di antaranya merupakan jemaah lanjut usia, atau sekitar 21,5 persen dari total jemaah. Mereka dijadwalkan mulai bergerak menuju Makkah pada Sabtu (10/5), termasuk 2.864 jemaah dari tujuh kloter pertama yang akan mengambil miqat di Bir Ali.
Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi Daker Madinah, dr. M. Imran menyampaikan, pihaknya kini menurunkan dokter spesialis penyakit dalam, jantung, dan paru ke hotel-hotel tempat jemaah menginap. Langkah ini merupakan bagian dari sistem deteksi dini terhadap kasus-kasus berisiko tinggi.
Tim medis tidak hanya mengandalkan petugas kesehatan di kloter, tetapi juga memperkuat jaringan visitasi medis demi memastikan kondisi jemaah tetap stabil sebelum menempuh perjalanan ke Makkah.
Selain itu, KKHI telah menyiapkan sejumlah fasilitas layanan medis seperti ruang gawat darurat, ruang observasi, layanan rawat inap, serta ruang perawatan khusus bagi pasien dengan gejala demensia ringan. Dalam kondisi darurat, jemaah juga bisa langsung dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi tanpa harus melewati proses transit di KKHI.
Suhu udara yang tinggi menjadi tantangan serius. Madinah dan Makkah diperkirakan akan mengalami suhu maksimum antara 41 hingga 44 derajat Celsius, dengan suhu malam yang tetap tinggi dan kelembapan yang bervariasi. Kondisi ini dinilai sangat tidak ideal, terutama bagi jemaah lanjut usia yang memiliki keterbatasan fisik dan rentan terhadap dehidrasi.
Untuk itu, Dokter Imron mengimbau kepada seluruh ketua regu dan ketua rombongan agar lebih aktif mengawasi jemaah lansia. Ia meminta agar jemaah tidak dibiarkan pergi ke masjid atau melakukan aktivitas luar sendirian, serta memastikan mereka cukup istirahat, minum air yang cukup, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Gejala seperti linglung, ucapan yang tidak terarah, serta mudah lelah disebutnya sebagai tanda awal dehidrasi berat atau gangguan elektrolit. Jika gejala tersebut muncul, jemaah diminta segera melapor kepada dokter kloter atau langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat, termasuk KKHI.
“Keselamatan dan kesehatan jemaah adalah prioritas utama. Jangan tunggu gejala menjadi berat. Lebih baik bertindak cepat untuk mencegah risiko yang lebih besar,” pesan dr. Imron. (afifun nidlom)
