Magister Fisioterapi UMS Perluas Wawasan Global Lewat Residensi Klinis di Thailand

Magister Fisioterapi UMS Perluas Wawasan Global Lewat Residensi Klinis di Thailand
www.majelistabligh.id -

Dalam upaya memperluas wawasan keilmuan dan jaringan internasional, Program Studi Magister Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar program residensi di dua kampus ternama Thailand: Khon Kaen University dan Mahidol University.

Kegiatan yang berlangsung selama dua pekan pada Juni–Juli 2025 ini dirancang sebagai pembelajaran lintas negara, sekaligus memperkuat kolaborasi akademik di bidang fisioterapi klinis dan riset.

Ikhtiar memperkuat jejaring global terus dilakukan Program Studi Magister Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Teranyar, mereka mengirimkan mahasiswanya untuk mengikuti residensi di Khon Kaen University dan Mahidol University, Thailand, selama dua pekan, Juni-Juli 2025.

Penanggung jawab kegiatan, Dr. Mahendra Wahyu Dewangga, S.Fis., M.Biomed., mengatakan kegiatan wajib untuk mahasiswa Magister Fisioterapi UMS. Tujuannya untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi keilmuan melalui pembelajaran lintas negara dan institusi.

Residensi, kata Mahendra, dirancang sebagai sarana pembelajaran klinis untuk kompetensi dan keilmuan mahasiswa, khususnya di bidang riset.

Ihwal tersebut mencerminkan kolaborasi antarnegara. Mereka turut mempresentasikan rencana penelitian tesis mereka di hadapan dosen fisioterapi Khon Kaen University dan Mahidol University.

“Tujuan presentasi itu agar menarik minat dosen di sana untuk bekerja sama menjadi dosen pembimbing ataupun dosen penguji. Supaya kita bisa saling berkolaborasi,” ujar Mahendra, pada Senin (14/7/2025).

Dua mahasiswa Magister Fisioterapi UMS tengah mendengarkan penjelasan dokter saat mengunjungi Ban Phai Hospital, Khon Kaen, Thailand, Selasa, 1 Juli 2025. Dok.Magister Fisioterapi UMS

Rangkaian kegiatan residensi dirancang untuk menambah wawasan mahasiswa dalam menghadapi kasus medis. Tak hanya mengikuti pembelajaran di dalam kelas, peserta residensi berkesempatan melakukan kunjungan ke sejumlah rumah sakit, klinik, maupun pusat rehabilitasi fisioterapi.

Sejumlah kasus yang dihadapi antara lain muskuloskeletal, neuromuskular, pediatri, dan ortopedi. Adapun kunjungan tersebut dilakukan ke Siriraj Hospital, Ban Phai Hospital, Kanok Physio Bangkok, dan Industrial Rehabilitation Center dari Kementerian Sosial Thailand.

Melalui kunjungan tersebut, mahasiswa mempelajari layanan fisioterapi di Thailand. “Mereka dapat merasakan sendiri bagaimana pelayanan kesehatan di Thailand dan berinteraksi dengan tenaga medis di sana,” imbuh Mahendra.

Mahasiswa juga berkesempatan mengikuti sesi layanan rumah atau community home health care di daerah Wat Ta Pood. Mereka menyambangi langsung rumah pasien fisioterapi yang membutuhkan layanan perawatan.

Mahasiswa belajar memberikan edukasi, terapi langsung di rumah pasien, serta memahami pentingnya penyesuaian lingkungan fisik bagi pasien dengan keterbatasan fungsional. Pendekatan ini berbeda dengan program profesi yang lebih menekankan pada interaksi budaya masyarakat dalam konteks komunitas tanpa kolaborasi lintas bidang.

Mahasiswa Magister Fisioterapi UMS mengunjungi rumah pasien fisioterapi dalam kegiatan community home health care di Wat Ta Pood, Juli 2025. Dok.Magister Fisioterapi UMS

Program residensi juga membuka peluang berjejaring dengan mahasiswa global. Peserta residensi juga berkesempatan mengikuti diskusi dengan delegasi dari National University Taiwan yang mengikuti program serupa di Thailand.

Salah satu mahasiswa Magister Fisioterapi, UMS, Galih Adhi Isak Setiawan, mengaku terkesan dengan kegiatan residensi itu.

Menurutnya, residensi memberikan pengalaman melihat pelayanan fisioterapi di negara Thailand, sekaligus menambah wawasan baru untuk mengembangkan layanan fisioterapi di Indonesia.

“Residensi menambah kepercayaan diri dari fisioterapis untuk lebih meningkatkan kemampuan dan mengaplikasikan ilmu di pelayanan. Juga menambah khazanah keilmuan dan lebih mengerti situasi dan kondisi dalam melayani,” ujar mahasiswa asal Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Galih berharap program serupa dapat dilakukan dengan durasi yang lebih panjang. Durasi tersebut akan membuat mahasiswa lebih fokus dalam belajar dan mendapatkan ilmu yang maksimal.

“Semoga jumlah kampus atau instansi yang dikunjungi juga bertambah agar menjadi wahana pembelajaran bagi kami ke depannya,” tandas Galih. (gede arga adrian)

Tinggalkan Balasan

Search