Inovasi keren kembali lahir dari tangan kreatif mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kali ini, sekelompok mahasiswa dari Program Studi Peternakan UMM menghadirkan produk suplemen pakan inovatif yang diberi nama Herbal Candy. Uniknya, suplemen ini dibuat dari ampas jamu-jamuan!
Herbal Candy hadir sebagai solusi cerdas bagi para peternak, khususnya sapi perah, dalam menghadapi potensi wabah penyakit. Produk ini tak hanya praktis dan ekonomis, tapi juga alami, ramah lingkungan, dan mendukung konsep peternakan berkelanjutan.
Salah satu anggota tim, Yulya Ulfa Majoli, menjelaskan bahwa Herbal Candy berbentuk blok yang dirancang mudah dijilat oleh ternak. Kandungannya terdiri dari bahan herbal seperti kunyit, jahe, temulawak, ditambah molase dan mineral penting. Kombinasi ini mampu meningkatkan daya tahan tubuh, nafsu makan, metabolisme, dan yang paling utama—meningkatkan produksi susu sapi perah.
“Produk ini kami rancang agar menjadi suplemen pakan yang alami dan aman. Tidak mengandung bahan kimia, jadi aman untuk penggunaan jangka panjang,” ujar Ulfa kepada SERU.co.id.
Yang menarik, bahan utamanya berasal dari limbah ampas jamu. Selain bernilai ekonomis, langkah ini juga menjadi upaya nyata untuk mengurangi limbah dan menjaga lingkungan. Kandungan kurkumin dari bahan herbal tersebut memiliki sifat antibakteri dan antiinflamasi yang membantu menjaga kesehatan ternak.
Molase yang digunakan menjadi sumber energi cepat, sangat penting terutama saat masa laktasi atau penggemukan. Sedangkan kombinasi kunyit dan temulawak berfungsi sebagai digestional booster yang merangsang produksi enzim dan empedu—menjaga sistem pencernaan ternak tetap optimal.
Dalam proses produksinya, bahan-bahan dikeringkan dan ditimbang sesuai formulasi. Lalu dicampur hingga membentuk adonan homogeny. Setelah itu, adonan dicetak, dipadatkan, dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1–2 hari atau menggunakan oven agar lebih awet. Produk kemudian diperiksa kualitas dan beratnya sebelum dikemas rapi.
Dari segi harga? Super hemat! Satu blok seberat 550 gram hanya dibanderol Rp10.000. Jauh lebih murah dibandingkan suplemen sejenis yang harganya bisa mencapai Rp15.000 per blok.
“Kami ingin produk ini tidak hanya bermanfaat, tapi juga terjangkau bagi para peternak,” tambah Ulfa.
Ulfa mengungkapkan bahwa pencapaian ini tak lepas dari kerja keras tim, mulai dari riset, observasi, hingga pengemasan. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada dosen, teman-teman, dan keluarga yang selalu mendukung.
Menurutnya, UMM bukan sekadar tempat belajar teori, tapi juga menjadi wadah nyata untuk menyalurkan kreativitas dan inovasi. Melalui berbagai program, mahasiswa didorong menjadi agen perubahan yang menciptakan solusi nyata untuk masyarakat.
“Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, kami ingin berkontribusi nyata. UMM membuka peluang besar bagi mahasiswa untuk berdampak langsung bagi masyarakat luas,” tutupnya. (*/tim)
