Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia menjalin kerja sama strategis dengan Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) berlangsung di Gedung Graha Utama UTM, Rabu (22/10/2025) pukul 13.30 WIB, dalam agenda Lawatan Muhibbah PCIM Malaysia.
Acara ini dihadiri jajaran pimpinan UTM dan perwakilan PCIM Malaysia. Selain penandatanganan MoU, kegiatan juga diisi pemaparan kinerja dan dakwah PCIM Malaysia serta sambutan dari Rektor Universitas Trunojoyo Madura.
Dalam sambutannya, Rektor UTM Prof. Dr. Syafi’, S.H., M.H. menegaskan pentingnya realisasi nyata dari MoU tersebut.
“Di UTM banyak dosen dan dekan yang berasal dari kalangan Muhammadiyah. Karena itu, kami berharap kerja sama ini tidak berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar terwujud dalam bentuk kolaborasi yang saling menguntungkan,” ujarnya.
Prof. Syafi’ menjelaskan, kerja sama itu dapat diwujudkan melalui dua arah. Pertama, membuka peluang bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia untuk kuliah di UTM. Kedua, mendorong mahasiswa UTM melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Malaysia.
“Anak-anak PMI yang kuliah di UTM juga akan kami upayakan mendapatkan program beasiswa,” tambahnya.

Fasilitasi Pendidikan Anak PMI lewat Sanggar Belajar
Sekretaris PCIM Malaysia Ahmad Fathoni menjelaskan bahwa banyak anak-anak keturunan PMI menghadapi hambatan administratif untuk mengenyam pendidikan formal.
“Banyak anak-anak lahir dari orang tua PMI yang tidak memiliki surat nikah, sehingga tidak bisa masuk sekolah negeri maupun swasta di Malaysia,” ungkapnya.
Menjawab tantangan itu, PCIM Malaysia membuka Sanggar Belajar (SB) yang memberi kesempatan kepada anak-anak tersebut menempuh pendidikan paket A, B, dan C. Dengan begitu, mereka tetap memiliki akses untuk melanjutkan kuliah, termasuk ke kampus-kampus Muhammadiyah di Indonesia.
Ahmad Fathoni menambahkan, kerja sama ini merupakan yang pertama antara PCIM Malaysia dengan universitas negeri di Indonesia. Ia juga menyinggung pengelolaan zakat di Malaysia yang berorientasi pada kemandirian ekonomi.
“Zakat diberikan sekali kepada kepala keluarga dalam bentuk modal usaha. Tahun berikutnya, penerima zakat sebelumnya sudah bisa menjadi muzaki. Sistem ini efektif menumbuhkan kemandirian umat,” jelasnya.
Dalam penutupnya, Ahmad Fathoni mengapresiasi kontribusi mahasiswa Muhammadiyah yang aktif KKN di luar negeri, termasuk di Malaysia.
“Semua mahasiswa yang KKN di luar negeri selama ini berasal dari universitas Muhammadiyah. Ini bukti nyata kiprah global Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan dakwah,” tegasnya. (Tjatur P)
