4. Pintu-Pintu untuk Kebaikan
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ، اَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ لَقَدْ سَاَلْتَ عَنْ عَظِيْمٍ، وَاِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ مَنْ يَسَّرَهُ اللّٰهُ تَعَالَى عَلَيْهِ: تَعْبُدُ اللّٰهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيْمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ ثُمَّ قَالَ اَلَا اَدُلُّكَ عَلَى اَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلَاةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ ثُمَّ قَالَ تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ حَتَّى بَلَغَ يَعْمَلُوْنَُ ثُمَّ قَالَ اَلَا اُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الْاَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ؟ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ قَالَ رَأْسُ الْاَمْرِ الْاِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ ثُمَّ قَالَ اَلَا اُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذٰلِكَ كُلِّهِ؟ فَقُلْتُ: بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ. فَاَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللّٰهِ، وَاِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ؟ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ اُمُّكَ! وَهَلْ يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ -اَوْ قَالَ: عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ – اِلَّا حَصَائِدُ اَلْسِنَتِهِمْ
Dari Mu’az bin Jabal RA dia berkata: Saya berkata: Ya Rasulullah, beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda: Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala: Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji. Kemudian beliau (Rasulullah ﷺ) bersabda: Maukah engkau Aku beritahukan tentang pintu-pintu surga?; Puasa adalah benteng, Sodaqoh akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam (qiyamullail), kemudian beliau membacakan ayat (yang artinya): Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya…
Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian Aku beritahukan pokok dari segala perkara, tiangnya dan puncaknya?, Aku menjawab: Mau ya Nabi Allah. Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad. Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian Aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu?, saya berkata: Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk). Saya berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan?, beliau bersabda: Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka -atau sabda beliau: Diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka
5. Kajian Tafsir Ibnu Katsir
Tentang Allah bersama orang orang yang berbuat baik
Ak-‘Ankabut, ayat 67-69
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ (67) وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (68) وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69) }
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, menceritakan tentang kebaikan yang telah dianugerahkan-Nya kepada orang-orang Quraisy pada tanah suci-Nya, yang telah Dia jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir. Barang siapa yang memasukinya, maka amanlah dia, karena itu mereka berada dalam keamanan yang besar. Sedangkan orang-orang Arab di sekitar mereka saling merampok satu sama lainnya dan saling membunuh, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:
لإيلافِ قُرَيْشٍ
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Al-Quraisy: 1), hingga akhir surat.
Adapun firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:
{أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ}
Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al-‘Ankabut: 67)
Yakni apakah rasa syukur mereka atas nikmat-nikmat yang besar itu dilakukan oleh mereka dengan mempersekutukan Allah dan menyembah berhala-berhala serta sekutu-sekutu selain-Nya?
{بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ}
mereka menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (Ibrahim: 28)
Mereka kafir kepada Nabi Allah dan hamba serta Rasul-Nya (yakni Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam).), padahal yang patut mereka lakukan ialah memurnikan penyembahan hanya kepada Allah dan tidak mem-persekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan membenarkan Rasul-Nya, mengagungkannya, dan menghormatinya. Tetapi sebaliknya mereka mendustakannya, memeranginya, dan mengusirnya dari kalangan mereka. Karena itulah maka Allah mencabut nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada mereka; dan sebagian dari mereka ada yang terbunuh dalam Perang Badar. Setelah itu kekuasaan berada di tangan Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukmin; Allah menaklukkan kota Mekah di tangan Rasul-Nya, dan mengalahkan kaum musyrik serta menjadikan mereka orang-orang yang terhina.
Sesudah itu Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menyebutkan dalam firman berikutnya:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ}
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya. (Al-’Ankabut: 68)
Artinya, tiada seorang pun yang lebih keras mengalami siksaan Allah selain orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, dengan mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadanya, padahal ia tidak menerima wahyu apa pun. Juga orang yang mengatakan bahwa dia dapat membuat hal yang semisal dengan apa yang diturunkan Allah.
