Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Barokah Rezeki Mandiri yang berlokasi di Desa Kedungcangkring tengah menghadapi tantangan serius yang menghambat kinerjanya sebagai penggerak ekonomi lokal.
Dampak dari pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, ditambah dengan pergantian kepemimpinan desa, telah membawa konsekuensi negatif terhadap keberlangsungan usaha desa ini, baik dari sisi manajemen maupun finansial.
Menurut Ismawati, Ketua BUMDes Barokah Rezeki Mandiri, dari sudut pandang bisnis seharusnya kegiatan usaha yang dijalankan memberikan keuntungan.
“Namun kenyataannya, laporan keuangan menunjukkan kerugian yang signifikan. Situasi ini mengkhawatirkan karena berpotensi mengancam masa depan keberlanjutan usaha milik desa, yang seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat pedesaan,” katanya.
Menghadapi persoalan tersebut, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) hadir memberikan kontribusi nyata melalui program pengabdian kepada masyarakat (abdimas).
Tim dosen multidisipliner dari berbagai fakultas turun langsung ke lapangan untuk mendampingi dan membina pengelola BUMDes agar bisa kembali bangkit dan menjalankan usaha dengan lebih profesional, efektif, dan efisien.
Langkah awal yang diambil oleh tim pengabdian Umsida adalah melakukan pendampingan intensif dalam penyusunan laporan keuangan BUMDes.
Tim membantu menyusun neraca, laporan laba rugi, hingga laporan arus kas berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Proses ini dilakukan secara sistematis dan berkala, dengan penekanan pada transparansi serta akuntabilitas.
Laporan keuangan yang jelas dan profesional bukan hanya penting untuk kepentingan internal pengelolaan, tetapi juga menjadi dokumen krusial untuk membuka akses terhadap sumber-sumber pendanaan eksternal, seperti perbankan, investor lokal, maupun program bantuan pemerintah.
“Penyusunan laporan yang rapi dan sesuai standar akan menciptakan pemahaman yang seragam antara penyusun dan pembaca laporan, sehingga memudahkan proses pengambilan keputusan,” jelas Dr. Sumartik, dosen Fakultas Ekonomi Umsida sekaligus ketua tim pendamping.
Kata dia. Pendampingan ini juga memberikan pengelola BUMDes keterampilan baru dalam memahami alur pencatatan keuangan yang benar, membangun budaya kerja berbasis data, serta menjadikan informasi keuangan sebagai alat analisis yang membantu menetapkan arah kebijakan usaha secara lebih tepat.
“Selain aspek pelaporan, salah satu masalah mendasar lain yang dihadapi oleh BUMDes Barokah Rezeki Mandiri adalah lemahnya sistem pengendalian internal. Ketiadaan mekanisme pengawasan yang kuat membuka celah terjadinya pemborosan anggaran, kesalahan pencatatan, bahkan potensi penyelewengan dana,” papar dia.
Sebagai respons, tim Umsida juga memperkenalkan dan mengimplementasikan konsep Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR), yaitu sistem kontrol internal yang dirancang untuk memastikan keandalan informasi keuangan. Melalui pendekatan ini, pengelola diajak memahami pentingnya sistem verifikasi internal, pencatatan berlapis, serta evaluasi kinerja keuangan secara berkala.
“Bisnis bisa gagal bukan hanya karena kurang modal, tetapi juga karena kurangnya sistem kontrol dan perencanaan yang matang. Melalui pengendalian internal, risiko tersebut bisa diminimalkan,” imbuh Sumartik.
Tak hanya itu, tim juga memberikan pelatihan seputar manajemen proses bisnis—mulai dari perencanaan anggaran, sistem pembelian, prosedur pengeluaran, hingga monitoring hasil usaha. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem kerja yang lebih terstruktur, efisien, dan terukur.
Di sisi lain, tantangan besar juga datang dari aspek pemasaran. Akibat pandemi, metode pemasaran tradisional yang sebelumnya mengandalkan interaksi langsung menjadi tidak efektif. Ini mengakibatkan penurunan omzet yang cukup signifikan pada unit usaha milik desa.
Menjawab tantangan ini, tim pengabdian Umsida memberikan pelatihan khusus di bidang digital marketing. Pengelola BUMDes dibekali keterampilan dalam memanfaatkan berbagai platform digital seperti media sosial, website, serta aplikasi e-commerce untuk menjangkau konsumen yang lebih luas dan meningkatkan daya saing produk lokal.
“Dengan strategi pemasaran digital, BUMDes tidak hanya menjual produk ke warga sekitar, tetapi bisa menembus pasar yang lebih luas. Bahkan produk khas desa bisa dikenal hingga ke luar daerah,” ujar Dr. Sumartik.
Dalam pelatihan ini, peserta diajak untuk memahami cara membuat konten yang menarik, menentukan target pasar yang tepat, serta mengelola akun bisnis di berbagai media sosial secara profesional.
Produk unggulan desa, seperti makanan tradisional yang dijual di warung milik BUMDes, kini mulai dipasarkan secara online untuk menjaring pembeli dari luar wilayah.
Program pendampingan yang dilaksanakan Umsida ini berfokus pada tiga pilar utama: tata kelola keuangan yang transparan, penguatan pengendalian internal, dan strategi pemasaran digital yang aplikatif.
Ketiga aspek tersebut menjadi fondasi penting bagi transformasi BUMDes Barokah Rezeki Mandiri ke arah yang lebih profesional dan berkelanjutan.
Tak hanya sekadar memecahkan masalah jangka pendek, program ini menjadi wujud nyata dari bagaimana kampus mampu menjadi mitra strategis desa dalam menciptakan perubahan positif. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan di bangku kuliah ternyata bisa langsung diaplikasikan untuk menjawab persoalan konkret di lapangan.
“Dengan pendampingan yang tepat sasaran, kami optimis BUMDes Barokah Rezeki Mandiri akan kembali bangkit dan memberi kontribusi signifikan terhadap ekonomi warga Desa Kedungcangkring,” tegas Sumartik.
Lebih dari itu, keberhasilan program ini juga diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi BUMDes lain di wilayah Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya. Pendekatan sinergis antara dunia akademik dan masyarakat desa terbukti mampu menciptakan dampak yang riil dan berkelanjutan bagi pembangunan lokal.
Melalui kolaborasi yang erat, Umsida membuktikan komitmennya dalam menjalankan fungsi pengabdian masyarakat secara holistik: memberdayakan, mendidik, dan membangun kemandirian ekonomi desa. (indah nurul ainiyah)
