Seorang anak muda tengah membersihkan sangkar burung milik pamannya. Pandangannya terpaku pada seekor burung murai batu berwarna kebiruan yang tampak begitu indah. Ia menatapnya dengan penuh takjub, hingga tak menyadari bahwa pamannya sudah berdiri di belakangnya.
“Kamu tahu berapa harga burung itu?” tanya sang paman tiba-tiba.
“Tidak tahu, Paman,” jawab si anak muda polos.
“Coba tawarkan ke tetangga sebelah,” kata sang paman sambil tersenyum.
Anak muda itu pun membawa burung tersebut dan menawarkannya ke tetangga. Tak lama kemudian, ia kembali menghadap sang paman.
“Berapa mereka menawar?” tanya sang paman.
“Rp 200 ribu, Paman,” jawabnya yakin.
“Baik. Sekarang coba tawarkan ke toko burung,” perintah pamannya lagi.
Anak muda itu pun bergegas ke toko burung dan kembali membawa kabar.
“Berapa tawarannya kali ini?” tanya pamannya.
“Rp 1,5 juta, Paman!” jawabnya dengan gembira.
Sang paman tersenyum bijak, lalu berkata, “Sekarang, coba kamu tawarkan burung itu ke Pak Haryo. Bawa juga dokumen ini, sebagai bukti bahwa burung itu sudah sering menang lomba.”
“Baik, Paman,” jawab si anak muda, lalu pergi menemui Pak Haryo.
Ketika ia kembali, wajahnya tampak sangat terkejut.
“Berapa ia menawar burung itu?” tanya sang paman.
“Rp 200 juta, Paman…” jawabnya, nyaris tak percaya.
Sang paman pun menatap keponakannya dan berkata dengan lembut,
“Nak, aku ingin mengajarkan satu hal penting padamu:
Nilaimu tidak akan pernah benar-benar terlihat… kecuali kamu berada di tempat yang tepat.”
Kita hanyalah orang biasa di mata mereka yang tak mengenal kita.
Kita terlihat istimewa di mata orang yang memahami dan menghargai kita.
Kita menjadi menyebalkan bagi mereka yang penuh kedengkian.
Kita tampak buruk bagi orang yang hatinya dipenuhi iri.
Pada akhirnya, semua orang akan menilaimu dari sudut pandangnya masing-masing.
Tak perlu menghabiskan tenaga untuk terlihat baik di mata semua orang.
Cukup teruslah melakukan kebaikan dengan penuh keikhlasan.
Semoga bermanfaat.
