Kita sering menyebut orang lain sombong, padahal sebenarnya… kita hanya ingin disapa dan diperlakukan baik olehnya.
Kita menuduh orang pelit, karena diam-diam kita berharap diberi, ingin mencicipi hartanya.
Kita menyebut orang munafik, karena kita kecewa mereka tak berpihak pada kita.
Kita menuduh orang berniat buruk, hanya karena mereka belum mau berkolaborasi dengan kita.
Kita menyebut orang jahat, padahal sebenarnya… kita hanya ingin mereka ramah dan mendukung semua keputusan kita.
Sering kali, label buruk yang kita sematkan ke orang lain muncul bukan karena mereka benar-benar seburuk itu, tapi karena hati kita berharap mendapat keuntungan dari mereka — dan saat harapan itu tak terpenuhi, kecewa menjelma menjadi tuduhan.
Karena itu, coba renungkan kembali:
Apakah benar mereka jahat?
Atau justru kita yang terlalu berharap, terlalu ingin semua kebaikan mengalir hanya kepada kita?
Jangan mudah menghakimi orang lain buruk, sementara diri sendiri sulit memaafkan dan lebih suka mengingat luka.
Kalau ada yang harus diingat, ingatlah kebaikan orang lain, lupakan keburukannya.
Dan untuk diri sendiri, ingatlah kesalahan kita, lupakan kelebihan kita.
Dengan begitu, semoga kita terhindar dari sombong dan bangga diri. (*)
