Hati yang Bersih, Jalan Menuju Keberuntungan

Hati yang Bersih, Jalan Menuju Keberuntungan
*) Oleh : Ferry Is Mirza DM

Hati adalah pusat kendali dalam diri manusia. Ia adalah sumber dari segala keputusan, dorongan, dan sikap.

Ketika hati bersih dan suci, maka perilaku pun akan memantulkan kebaikan. Sebaliknya, ketika hati ternoda oleh nafsu dan penyakit batin, maka segala amal bisa kehilangan nilainya.

Orang yang benar-benar beruntung adalah mereka yang mampu menjaga kesucian hatinya dari kotoran nafsu dan penyakit jiwa.

Sebaliknya, celakalah orang yang mengotori hatinya dengan kesombongan, kedengkian, dan cinta dunia yang melampaui batas.

Sebagaimana firman Allah SWT:

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9–10)

Tanda-Tanda Hati yang Suci dan Sehat

Berikut ini beberapa cara sederhana untuk mendiagnosis kondisi hati kita—apakah ia sedang sehat dan bersih atau justru kotor dan berpenyakit:

1. Menerima Kebenaran dari Siapa Pun

Jika seseorang sudah mampu menerima kebenaran, walaupun datang dari orang yang tidak disukainya, itu adalah pertanda bahwa hatinya sehat. Hati seperti ini bersih dari sifat kibr (kesombongan) dan lebih tunduk pada kebenaran ketimbang ego pribadi.

2. Tidak Haus Penghormatan

Bila seseorang tidak lagi gila hormat atau selalu ingin dipuja, itu adalah tanda hati yang lapang dan ikhlas. Ia tidak menggantungkan harga dirinya pada pengakuan orang lain, tapi cukup dengan rida Allah.

3. Bahagia Melihat Orang Lain Bahagia

Jika seseorang merasa gembira melihat orang lain mendapatkan kelebihan, prestasi, atau nikmat dari Allah, itu menunjukkan tidak adanya hasad (kedengkian) dalam hati. Sebaliknya, ia mendoakan kebaikan bagi sesama dan tidak iri atas takdir orang lain.

4. Qana’ah dan Syukur atas Rezeki yang Dimiliki

Bila seseorang bisa menerima apa yang ia miliki dengan lapang dada (nerimo) dan penuh rasa syukur, serta tidak tergoda meraih yang haram, maka hatinya bebas dari hirsh (kerakusan duniawi). Ia lebih mencintai keberkahan daripada kelimpahan yang tak halal.

5. Tetap Tenang saat Dipuji atau Dicaci

Hati yang sehat akan tetap stabil, tidak besar kepala saat dipuji, dan tidak runtuh saat dicaci. Ia terbebas dari riya’ (pamer) dan tidak menjadikan penilaian manusia sebagai tolok ukur amalnya.

6. Upaya Menjaga Kesucian Hati

Menjaga kesucian hati bukan perkara sepele. Ia membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan. Laksana menjaga cahaya matahari agar tidak tertutup gerhana, dan memastikan bulan hati selalu memancarkan terang di malam gelap. Hati tidak boleh dibiarkan keruh di siang hari atau terbenam dalam kegelapan yang berkepanjangan.

Setiap manusia tentu pernah salah. Namun, orang yang hatinya suci adalah mereka yang segera sadar, bangkit untuk bertobat, dan memperbaiki diri selama sisa hidupnya. Mereka bersungguh-sungguh memperbaiki lahiriahnya melalui peningkatan ibadah, dan batinnya melalui dzikir, istighfar, serta memohon pertolongan kepada Allah.

Doa untuk Kesucian Jiwa

Rasulullah saw mengajarkan doa yang indah untuk menjaga dan menyucikan jiwa:

“Allahumma aati nafsi taqwaha, wa zakkiha anta khairu man zakkaha, anta waliyyuha wa maulaha.”

“Ya Allah, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik Dzat yang menyucikannya. Engkaulah pelindung dan penguasanya.”

Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *