Hijrah Bukan Rutinitas, Tapi Kesadaran Menuju Perubahan Hidup

Hijrah Bukan Rutinitas, Tapi Kesadaran Menuju Perubahan Hidup

Peringatan Tahun Baru Islam 1447 H bagi warga Muhammadiyah bukan hanya momen seremonial, tetapi harus dimaknai sebagai ajakan untuk melakukan hijrah secara nyata—berpindah dari keburukan menuju kebaikan, dari kemiskinan menuju keberdayaan, dan dari kebodohan menuju keilmuan.

Hal itu ditegaskan oleh Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Fakhrurazi Reno Sutan, saat menyampaikan khotbah Jumat di Masjid At-Tanwir, Kantor PP Muhammadiyah Jakarta, pada Jumat (4/7/2025).

Hijrah bagi warga Muhammadiyah tak dilakukan secara simbolis. Sebab dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar dari Rasulullah saw menyebut, hijrah adalah perpindahan dari perbuatan yang dilarang menuju kepada segala perbuatan yang diperintahkan.

“Kalau berpindah kepada yang diwajibkan adalah suatu kewajiban, tetapi berpindah kepada yang dibolehkan itu kadang-kadang banyak diabaikan,” katanya.

Sementara, dalam Surat An Nisa ayat 100 disebutkan bahwa hijrah itu juga berkaitan dengan perjalanan ke bumi Allah yang luas. Dalam surat ini diterangkan konsekuensi dari hijrah adalah bertambahnya rizki.

Menurut Fakhrurazi Reno, manusia yang berhijrah juga dapat dimaknai perpindahan kondisi dari yang sebelumnya tidak punya atau rizkinya sedikit berubah ke kondisi yang lebih baik atau lebih banyak rezekinya.

“Ini sama saja berhijrah dari mustahik menjadi muzakki. Perpindahan dari miskin kepada tidak miskin. Walaupun tidak kaya paling tidak mampu. Berpindah dari yang konsumtif kepada produktif,” katanya.

Produktif, katanya, dalam Islam dapat dijadikan sebagai bagian dari ibadah sebab mengadakan barang atau jasa untuk memberi kemaslahatan pada banyak orang. Di sisi lain, produktif juga berdampak baik pada diri pribadi dan keluarga dari sisi ekonomi.

Pada sisi yang lain, hijrah bagi warga Muhammadiyah adalah perpindahan dari kebodohan kepada keilmuan untuk membangun peradaban maju. Makna hijrah ini menjadi salah satu yang sangat ditekankan oleh Muhammadiyah.

Salah satu contoh makna hijrah ini adalah penggunaan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Menurutnya, penggunaan KHGT sebagai kriteria penanggalan adalah bentuk hijrah menuju keilmuan untuk membangun persatuan peradaban Islam.

Penggunaan KHGT ini sekaligus untuk mempermudah kehidupan umat Islam yang sudah mengglobal. Melalui penggunaan KHGT, umat Islam dapat merencanakan berbagai agenda jauh-jauh hari tidak harus mendadak. (*/tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *