Iduladha: Momentum Spiritualitas dan Perputaran Ekonomi dalam Bingkai Islam

www.majelistabligh.id -

Iduladha bukan hanya momen spiritual dan ritual, tetapi juga menjadi momentum ekonomi umat dalam bingkai nilai-nilai Islam.

Hal itu ditegaskan oleh Ustaz Dr. Asmuni, M.Pd.I, saat menyampaikan khutbah Iduladha di Jalan Raya Kapasan, Surabaya, pada Jumat (6/6/2025).

Dalam khutbahnya, Ustaz Asmuni membedah peristiwa Iduladha dari perspektif ekonomi Islam. Ia menekankan bahwa hari raya kurban menciptakan perputaran ekonomi yang luar biasa, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.

“Setiap hewan kurban yang dibeli di kota sering kali berasal dari desa. Ini menciptakan hubungan ekonomi yang saling menguntungkan antara dua wilayah,” jelasnya.

Dia menambahkan, aktivitas ekonomi dalam Iduladha mencakup banyak aspek, mulai dari peternakan, transportasi, jasa penyembelihan, distribusi daging, hingga peningkatan konsumsi masyarakat.

“Kita melihat geliat ekonomi yang nyata. Ini bukan hanya ritual, tapi juga gerakan ekonomi yang penuh berkah,” ungkapnya.

Ustaz Asmuni juga mengaitkan rukun Islam dengan aspek ekonomi yang menyertainya. Salat, misalnya, membutuhkan pakaian bersih dan layak. Untuk itu, umat membutuhkan pabrik tekstil, pekerja, pedagang, dan konsumen. Semua elemen ini berputar dalam siklus ekonomi yang menciptakan lapangan kerja dan penghidupan.

Demikian pula dengan puasa. “Kita tidak bisa berbuka tanpa makanan. Maka petani, nelayan, pedagang, hingga ibu rumah tangga berperan dalam menyediakan kebutuhan itu,” terang Asmuni.

menurut Asnuni, Ramadan bukan bulan konsumtif semata, melainkan bulan keberkahan rezeki jika dikelola dengan adil dan seimbang.

Zakat juga menjadi instrumen penting dalam ekonomi Islam. Baik zakat fitrah maupun zakat maal, semuanya memiliki tujuan sosial yang kuat: menyeimbangkan kekayaan dan memperkecil jurang antara si kaya dan si miskin.

“Islam mengajarkan keadilan sosial. Dan zakat adalah wujud nyata dari distribusi kekayaan,” ujarnya.

Lebih jauh, Ustaz Asmuni menguraikan bagaimana ibadah haji juga memiliki dimensi ekonomi yang luar biasa. Ribuan bahkan jutaan umat Islam dari berbagai negara berkumpul di Tanah Suci, yang berarti terjadi perputaran uang dalam skala global.

“Dalam ibadah haji, ada tiga hal yang sangat terasa: usaha, ikhtiar, dan doa. Tidak ada orang yang bisa berangkat tanpa proses panjang, dari menabung, mendaftar, hingga menunggu antrean,” tegasnya.

Menurutnya, ibadah haji adalah sekolah spiritual dan ekonomi sekaligus. Umat Islam belajar arti pengorbanan, manajemen keuangan, serta kerja keras dalam rangka ibadah.

Iduladha, lanjutnya, memiliki tiga makna besar. Pertama, semangat pengorbanan dan kedermawanan. Kedua, keadilan sosial dan kepedulian terhadap sesama. Ketiga, peningkatan konsumsi yang mengarah pada pengurangan kesenjangan sosial.

“Kita harus mulai melihat konsumsi sebagai sarana membangun ekonomi umat, bukan gaya hidup konsumtif semata,” katanya.

Dia juga menyinggung pentingnya sedekah sebagai bentuk keberlanjutan ekonomi spiritual.

“Sedekah itu harus diulang, karena bukan hanya menolong orang lain, tapi juga menyenangkan hati sendiri. Membuat kita merasa cukup dan berarti,” tambahnya.

Ustaz Asmuni mengutip Surah Al-‘Ashr, terutama ayat ketiga: “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”

Menurutnya, ayat ini menjadi pedoman dasar dalam menjalankan aktivitas ekonomi. “Ekonomi Islam tidak hanya mengejar profit, tapi juga amal saleh dan keberkahan,” jelasnya.

Dia mengingatkan bahwa Islam melarang penimbunan harta yang tidak produktif. Harta harus berputar dalam aktivitas yang bermanfaat.

Oleh karena itu, Islam juga menolak riba dan mendorong sistem ekonomi berbasis produksi, kerja keras, dan keadilan.

Ustaz Asmuni menutup khutbahnya dengan mengajak jamaah untuk menanamkan tiga pilar dalam kehidupan ekonomi Islam: tauhid, keadilan, dan anti-riba.

Tauhid menegaskan bahwa segala rezeki berasal dari Allah, keadilan menjadi prinsip utama dalam muamalah, dan anti-riba adalah bentuk perlindungan dari eksploitasi. (wh)

 

Tinggalkan Balasan

Search