Iffah, Jalan Menuju Ketenangan Hati dan Kebahagiaan Sejati

*) Oleh : Dr. Ajang Kusmana
Staf Pengajar AIK UMM
www.majelistabligh.id -

Ketenangan hati berawal didapat dari memelihara rasa malu.

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ .
[رواه البخاري ]

“Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah: Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka.” (HR. Bukhari)

Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap ada kebaikan darinya. Karena malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara pada kebaikan.

Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya.

Sikap malu adalah perilaku yang bisa dipola. Seseorang hendaknya memperhatikan dan membudayakan sikap malu dimana ia berada. Di antara manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela).

Secara bahasa, iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu- ‘iffah yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik.

Sedangkan secara istilah, iffah artinya sikap memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya.

Iffah juga dapat dimaknai sebagai usaha memelihara kesucian tubuh. Orang yang diselimuti sikap iffah akan selalu mengasihi sesama, memberikan rasa aman, dan tentram. Agar lebih memahaminya.

Iffah merupakan akhlak terpuji yang wajib dimiliki setiap Muslim. Menurut Imam al-Jahiz, iffah adalah kontrol jiwa yang dapat menghindarkan seseorang dari pengaruh buruk nafsu syahwatnya.

Seorang Muslim yang meneladani sikap iffah disebut sebagai afif. Dalam kesehariannya, ia selalu membatasi diri agar tidak melakukan perbuatan maksiat. Seorang afif juga selalu berperilaku sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunnah.

Sikap Iffah menghantarkan pada ketenangan hati.  Allah Yang Maha Adil tidak meletakkan kebahagiaan itu pada rupa, harta, kekuasaan ataupun nama. Allah Azza wa Jalla meletakkan kebahagiaan pada ketenangan hati.

Kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia. Jadi kita tidak perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan itu.

Yang kita perlukan adalah hati yang bersih dan ikhlas serta pikiran yang jernih, maka kita bisa menciptakan rasa bahagia itu kapanpun, di manapun dan dengan kondisi apapun.

Kebahagiaan itu milik orang-orang yang pandai bersyukur. Jika kita tidak memiliki apa yang kita sukai, maka sukailah apa yang sudah kita miliki saat ini.

Hidup itu terasa indah jika kita pandai bersyukur. Jika kita punya kedua mata untuk menatap masa depan, mengapa kita harus memejamkan mata untuk sekedar berkhayal?

Sungguh hidup ini indah bila saja kita mengerti tentang kehidupan. Hidup ini sangat indah jika kita bisa saling menghargai.

Hidup ini akan jauh lebih indah jika tiada tersimpan rasa kebencian, karena kita hidup untuk saling melengkapi dan menggenapi. (*)

Tinggalkan Balasan

Search