Jangan Berdiri di Atas Kebohongan

Jangan Berdiri di Atas Kebohongan
*) Oleh : M. Mahmud
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan Jawa Timur
www.majelistabligh.id -

Orang yang berdiri di atas kebohongan akan jatuh meskipun tanpa ada dorongan.  Kalimat “Jangan berdiri di atas kebohongan” adalah seruan moral yang kuat dan penuh makna. Ia mengandung pesan agar kita tidak membangun kehidupan, keputusan, atau perjuangan di atas dasar yang tidak jujur.

Kebohongan adalah fondasi yang rapuh: Seperti membangun rumah di atas pasir, kebohongan tidak mampu menopang kebenaran, keadilan, atau keberkahan. Bayangkan membangun rumah megah di atas tanah berlumpur. Sekilas tampak kokoh, tapi sedikit guncangan saja cukup untuk merobohkannya. Begitu pula dengan kebohongan.

Kebohongan mungkin tampak kuat di awal, tapi ia tak mampu bertahan saat diuji oleh waktu, fakta, atau nurani.

Satu kebohongan sering melahirkan kebohongan berikutnya, seperti menumpuk batu bata tanpa semen—semakin tinggi, semakin goyah. Sekali fondasi retak, seluruh bangunan kepercayaan bisa runtuh. Sebaliknya, kejujuran adalah semen yang menyatukan hubungan, organisasi, bahkan bangsa.

Ayat Al-Qur’an menggambarkan kebohongan sebagai perbuatan yang lemah, merusak, dan tidak memiliki dasar yang kokoh. Salah satu ayat yang paling relevan adalah QS. An-Nahl ayat 105.

اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Mereka itulah para pembohong.”

Makna reflektif dari ayat ini:
• Kebohongan lahir dari kelemahan iman, bukan dari kekuatan moral. Pendusta tidak memiliki fondasi spiritual yang kokoh, karena mereka menolak kebenaran yang datang dari Allah.

• Kejujuran adalah cahaya: Berdiri di atas kejujuran berarti memilih jalan yang mungkin berat, tapi terang dan lurus.

Seperti lentera di tengah malam, kejujuran menerangi jalan yang gelap, membimbing langkah agar tak tersesat. Ia bukan sekadar kata yang benar, tapi kekuatan yang menyingkap, menyembuhkan, dan menghidupkan.

Makna Reflektif:

  1. Cahaya menyingkap kebenaran: Kejujuran membuka tabir, memperlihatkan apa adanya, tanpa manipulasi atau ilusi.
  2. Cahaya memberi arah: Dalam kebingungan, kejujuran menjadi kompas moral yang menunjukkan jalan yang diridhai Allah.
    Cahaya menyembuhkan: Ia menenangkan hati, memperkuat hubungan, dan membangun kepercayaan yang tulus.
    Cahaya tak bisa disembunyikan: Sekecil apapun, ia akan bersinar. Bahkan dalam ruang gelap penuh kebohongan, kejujuran tetap memancar.

Ayat Al-Qur’an yang menggambarkan kejujuran sebagai cahaya secara maknawi adalah QS. At-Taubah ayat 119 dan QS. Al-Hadid ayat 12. Keduanya menekankan bahwa kejujuran adalah jalan menuju cahaya dan keselamatan.

QS. At-Taubah: 119

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!”

QS. Al-Hadid: 12

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ يَسْعٰى نُوْرُهُمْ بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ بُشْرٰىكُمُ الْيَوْمَ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۚ

Pada hari engkau akan melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (Dikatakan kepada mereka,) “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai (dan) mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang sangat agung.”

– Integritas sebagai kompas hidup: Prinsip ini mengajak kita menjadikan kejujuran sebagai arah dalam berpikir, berkata, dan bertindak.

Integritas sebagai Kompas Hidup
Seperti kompas yang menunjukkan arah utara sejati, integritas adalah penunjuk jalan dalam setiap keputusan, bahkan saat kabut kepentingan dan godaan menutupi pandangan.

  1. Kompas tak terpengaruh medan: Integritas tetap menunjukkan arah benar meski dikelilingi tekanan, godaan, atau ketakutan.
  2. Menjaga konsistensi antara nilai dan tindakan: Integritas bukan hanya tahu mana yang benar, tapi berani melakukannya meski sendirian.
  3. Membimbing di tengah badai: Saat dunia penuh kebingungan, integritas menjadi penuntun yang tak tergoyahkan.
  4. Menjadi rujukan bagi orang lain: Seperti kompas yang digunakan oleh banyak pelaut, integritas pribadi bisa menjadi pedoman bagi keluarga, tim, atau masyarakat.

Ayat yang paling relevan untuk menggambarkan integritas sebagai kompas hidup adalah QS. Asy-Syams ayat 8 dan QS. Al-Ahzab ayat 70. Keduanya menekankan pentingnya keselarasan antara hati, ucapan, dan tindakan sebagai petunjuk hidup yang lurus.

QS. Asy-Syams: 8

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ

Lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,”

QS. Al-Ahzab: 70

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”

Tinggalkan Balasan

Search