Khotbah Jumat di Masjid Al Badar: Wakil Ketua MPID Jatim Soroti Kebebasan Beragama

www.majelistabligh.id -

Kebebasan beragama menjadi isu yang kerap diperbincangkan di era modern. Batasan antara kebebasan dan pemahaman agama yang benar sering kali kabur, sehingga menimbulkan berbagai pemahaman yang keliru.

Ainur Rofiq Shopiaan, Wakil Ketua Majelis Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi (MPID) PWM Jatim, dalam khotbah Jumat di Masjid Al Badar, Jalan Kertomenanggal, Surabaya, Jumat (7/2/2025) mengupas persoalan ini dan menekankan pentingnya memahami agama secara kaffah agar tidak terjerumus dalam pemikiran yang salah.

Dalam khotbahnya, Ainur Rofiq mengutip Surat Ath-Thur ayat 35-36:

“Apakah mereka tercipta tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri?” (QS. Ath-Thur: 35)

Menurutnya, ayat ini mengajak manusia untuk berpikir tentang asal-usul kehidupan dan eksistensi Tuhan.

Ia juga menambahkan bahwa pemahaman agama yang setengah-setengah dapat melahirkan berbagai kelompok dengan pandangan berbeda terhadap keberadaan Tuhan dan agama.

Ainur Rofiq lantas membagi fenomena manusia dalam tiga kelompok:

Pertama, Kelompok Ateis. “Mereka yang tidak percaya adanya Tuhan,” katanya.

Kaum ateis meyakini bahwa alam semesta dan kehidupan dapat dijelaskan sepenuhnya melalui hukum-hukum ilmiah dan proses alamiah tanpa campur tangan makhluk adikodrati.

Beberapa ateis bahkan secara aktif menolak keberadaan Tuhan berdasarkan argumen rasional dan ilmiah, sementara yang lain sekadar tidak melihat bukti yang cukup untuk mempercayainya.

Kedua Kelompok Agnostik. Mereka percaya adanya Tuhan tetapi tidak percaya pada akhirat.

“Menurut mereka, kehidupan hanya ada di dunia ini tanpa adanya kebangkitan atau kehidupan setelah mati,” tutur Ainur.

Kaum agnostik menganggap bahwa manusia tidak dapat mengetahui atau membuktikan keberadaan-Nya secara pasti.

Beberapa agnostik cenderung terbuka terhadap kemungkinan adanya Tuhan, sementara yang lain lebih condong kepada pandangan bahwa konsep ketuhanan tidak relevan dalam kehidupan mereka.

Ketiga, Kelompok Sekuler. Percaya adanya Tuhan, tetapi menganggap agama sebagai urusan pribadi dan tidak mengaitkan agama dalam kehidupan sosial atau pemerintahan.

Ainur Rofiq mengaitkan fenomena ini dengan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 85:

“Mereka yang hanya mengambil sebagian ajaran agama akan mendapat kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat.”

Ia mengajak jamaah untuk menyikapi fenomena ini dengan serius. Menurutnya, munculnya pemikiran seperti ini dipengaruhi oleh dua faktor utama:

Pertama, Globalisasi Agama. “Dunia yang semakin terbuka membuat berbagai pemikiran menyebar luas tanpa batas,” tegasnya.

Kedua, Kegagalan Sistem Pendidikan. “Sistem pendidikan yang tidak memberikan pemahaman agama secara mendalam menyebabkan kebingungan dalam memahami konsep ketuhanan.”

Lebih lanjut, Ainur Rofiq menegaskan, “Tidak ada kebebasan mutlak dalam beragama.”

Ia mengutip pendapat Ibnu Taimiyah: “Kebebasan yang seolah-olah benar tetapi menyesatkan justru dapat merusak keimanan seseorang.”

Oleh karena itu, ia mengajak jamaah untuk memahami agama secara menyeluruh dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.

“Untuk itu, marilah kita lebih mendalami agama dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. (wh)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

Tinggalkan Balasan

Search