Iman kepada Allah merupakan fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Iman bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan keyakinan yang tertanam dalam hati, yang kemudian tercermin dalam perilaku dan perbuatan.
Salah satu bentuk dari iman sejati adalah membenarkan segala janji-janji Allah serta mempercayai ancaman-Nya terhadap hal-hal yang berada di luar jangkauan indera manusia, yakni perkara-perkara gaib.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 3)
Ayat ini menegaskan bahwa iman kepada yang gaib merupakan ciri khas orang-orang bertakwa.
Gaib dalam hal ini mencakup segala hal yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra, termasuk janji Allah, takdir, balasan akhirat, surga, neraka, malaikat, dan sebagainya.
Keyakinan yang kokoh terhadap janji-janji Allah akan melahirkan sikap sabar, tawakal, dan keteguhan hati dalam menjalani kehidupan.
Salah satu janji Allah yang menunjukkan kekuatan iman adalah jaminan keselamatan dari azab bagi kaum yang beriman.
Kisah kaum Nabi Yunus adalah contoh nyata bagaimana Allah memberikan pertolongan kepada sebuah masyarakat yang segera beriman dan bertobat sebelum azab diturunkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu yang tertentu.” (QS. Yunus: 98)
Kisah ini menunjukkan bahwa keimanan yang tulus dan disertai dengan pertobatan dapat mengundang rahmat Allah dan mencegah datangnya bencana. Ini adalah bentuk nyata dari janji Allah kepada orang-orang yang benar-benar beriman.
Lebih dari itu, Allah juga menjanjikan perlindungan dan pembelaan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman ketika mereka menghadapi berbagai tantangan dan permusuhan. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman.” (QS. Al-Hajj: 38)
Pembelaan Allah bisa datang dalam berbagai bentuk, baik berupa pertolongan fisik, penguatan hati, jalan keluar dari kesulitan, maupun keteguhan dalam mempertahankan prinsip kebenaran.
Oleh karena itu, setiap Muslim yang mengaku beriman hendaknya merealisasikan keimanannya dalam kehidupan sehari-hari.
Iman bukan hanya diucapkan, melainkan dibuktikan melalui amal saleh, kesabaran, dan ketaatan kepada Allah.
Ia harus berusaha menjauhi segala bentuk maksiat dan hal-hal yang dapat mengurangi atau merusak kesempurnaan iman, seperti syirik, riya’, kemunafikan, dan kebimbangan dalam keyakinan.
Dengan keimanan yang kokoh, seorang Muslim akan merasakan kehadiran Allah dalam setiap langkah hidupnya.
Ia yakin bahwa pertolongan Allah akan datang pada waktunya. Dan dengan itulah janji-janji Allah akan terwujud: pertolongan, perlindungan, dan keberkahan dalam hidup di dunia dan akhirat. (*)