Perkembangan pemeluk agama Islam di dunia terus meningkat. Kondisi ini, menurut Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, Lc, MSi, menjadi tanda bahwa umat Islam membutuhkan semakin banyak mubalig dan kader ulama yang siap membimbing masyarakat di tengah perubahan zaman yang semakin dinamis dan kompleks.
Pesan itu disampaikan Fathurrahman pada kegiatan Kajian Ahad Pertama yang digelar di Masjid Al Fallah, Kabupaten Tulungagung, pada Ahad (2/11/2025). Kegiatan ini dihadiri ratusan jamaah, kader, dan pimpinan Muhammadiyah setempat.
Dalam ceramahnya, Fathurrahman menekankan bahwa penambahan kader ulama harus diimbangi dengan semangat menuntut ilmu seluas-luasnya, baik di dalam maupun luar negeri. Ia mendorong santri dan kader Muhammadiyah untuk menimba ilmu tidak hanya dalam bidang keislaman, tetapi juga ilmu pengetahuan umum yang dapat memperkuat dakwah dan kemajuan umat.
“Jadi jangan cukup belajar di Indonesia. Dan bukan hanya studi Islam, kalian bisa mengambil ilmu pengetahuan selain studi Islam,” pesan Fathurrahman Kamal.
Ia menambahkan, rencana studi bagi kader-kader Muhammadiyah harus dipersiapkan sejak dini, dengan tetap menjunjung tinggi semangat pengabdian kepada Persyarikatan.
“Seperti pesan Umar bin Khattab, Islam tidak mungkin dapat ditegakkan kecuali dengan adanya suatu jemaah. Tapi jemaah di sini – jemaah yang bersatu padu di atas kebenaran,” ungkapnya.
Makna Mendalam di Balik Nama Muhammadiyah
Dalam kesempatan tersebut, Fathurrahman juga mengajak jamaah untuk memahami kembali makna filosofis nama “Muhammadiyah.” Menurutnya, Muhammadiyah bukan sekadar organisasi pengikut Nabi Muhammad SAW, tetapi juga gerakan yang berusaha mengikuti ajaran Nabi secara total dalam seluruh aspek kehidupan.
“Setiap tarikan dan hembusan nafas kehidupan kita selalu membawa misi ajaran baginda Rasulullah,” imbuhnya.
Pemahaman ini, lanjut Fathurrahman, menjadi dasar bagi setiap kader Muhammadiyah untuk meneladani Rasulullah bukan hanya dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam kejujuran, keadilan, kerja keras, dan kepedulian sosial.
Menutup kajian, Fathurrahman Kamal menegaskan pentingnya persatuan jemaah Muhammadiyah yang dilandasi oleh rasa cinta karena Allah SWT. Ikatan spiritual ini, menurutnya, menjadi energi penggerak yang menjaga kekokohan Persyarikatan di tengah tantangan zaman.
“Ikatan cinta karena Allah dapat membantu anak manusia dalam melewati hisab dengan baik. Sebab dari persaksian mereka, dapat meringankan timbangan keburukan anak manusia itu,” tuturnya.
Pesan tersebut disambut dengan penuh perhatian oleh para jamaah yang hadir. Kajian Ahad Pertama ini menjadi momentum refleksi bagi warga Muhammadiyah Tulungagung untuk terus memperkuat keilmuan, persaudaraan, dan semangat pengabdian demi tegaknya Islam berkemajuan. (*/tim)
