Qalbun Salim adalah kondisi hati yang mencerminkan ketenangan, kebersihan, dan ketundukan kepada Allah.
Ini adalah hati yang telah dibersihkan dari sifat-sifat negatif seperti iri hati, dengki, hasad (kedengkian), dan nifak (ketidakjujuran dalam iman), serta diisi dengan keimanan yang kuat, rasa syukur, cinta kepada Allah, dan kebaikan terhadap sesama makhluk Allah.
Hati adalah pemancar dalam seluruh aktivitas. Kalau dia baik, maka seluruh jasad kita akan baik. Dan kalau dia rusak, maka seluruh jasad kita akan rusak.
أَلَا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
“Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad kita ini ada segumpal daging, kalau dia baik maka akan baik seluruh jasad, dan kalau dia rusak maka akan rusak seluruh jasad. Ketahuilah bahwasanya segumpal daging tersebut adalah jantung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kelak di akhirat qalbun salim menjadi standar keselamayan seseorang, bukan harta, bukan jabatan, bukan pula kolega, tetapi hati yang selamat.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Hari dimana tidak akan bermanfaat saat itu harta dan juga anak-anak, kecuali orang yang datang kepada Allah ‘Azza wa Jalla di hari kiamat dalam keadaan dia memiliki jantung yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 88)
Pada hari itu, seseorang tidak bisa menghindar dari adzab Allah. Dia tidak bisa membayar dgn hartanya sebagai ganti agar ia terhindar dari adzab Allah.
Seandainya ia memiliki harta berupa emas sepenuh bumi, hal itu tidak bisa dijadikan tebusan dirinya agar terhindar dari azab Allah. Hartanya tidak bisa memberi manfaat sedikitpun. Demikian juga anaknya.
Apakah yang dimaksud dengan hati yang selamat?
Sahabat Nabi Ibnu Abbas menjelaskan: itu adalah hati yang hidup yang mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah.
Said bin Musayyib berkata: itu adalah hati yang sehat, hatinya orang beriman. Sedangkan hati orang kafir dan munafiq adalah hati yang sakit.
Orang-orang yang menghadap Allah Azza wa Jalla dengan hati yang selamat, yaitu orang yang tidak melakukan kesyirikan, bidah, kemunafikan, riya’ dan juga kesombongan.
Semua amal ibadah yang kita lakukan ikhlas hanya karena Allah Azza wa Jalla.
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4). (*)