Ketika Rabiah Al-Adawiyah sakit keras, dia menolak pengobatan dari siapa pun. Dia mengatakan, yang dia butuhkan hanya penerimaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala akan salat dan amal ibadahnya.
يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً
“Wahai jiwa yang damai, kembalilah kepada Tuhanmu dengan bahagia dan ridha-Nya.” (QS Al-Fajr 27-28)
Dan Rabiah pun menghadap Sang Pencipta.
Farid al-Din Attar dalam bukunya, Tadhkirat al-Auliya, menceritakan, ketika tiba waktunya Rabiah Al-Adawiyah menghadapi kematian, mereka yang berada di sana meninggalkan ruangan dan menutup pintu. Kemudian terdengar sebuah suara, berkata, “wahai jiwa yang damai, kembalilah kepada Tuhanmu dengan bahagia.”
Waktu berlalu dan tidak ada lagi suara yang terdengar dari ruangan, kemudian mereka membuka pintu, dan mendapati bahwa Rabiah telah meninggal.
Setelah kematiannya, seseorang bertemu dengan Rabiah dalam mimpi. Dia bertanya, “Bagaimana engkau menghadapi malaikat Munkar dan Nakir?”
Rabiah menjawab, “Para pemuda itu (Munkar dan Nakir) datang kepadaku dan bertanya, “Siapakah Tuhanmu?” Aku menjawab, “kembalilah dan katakan kepada Allah, di antara ribuan makhluk, janganlah Engkau melupakan seorang wanita tua yang lemah ini. Aku, yang hanya memiliki-Mu di dunia, tidak akan pernah melupakan-Mu, mengapa Engkau harus mengirim utusan untuk bertanya, ” siapa Tuhanmu?'”
Rabiah digambarkan sebagai seorang wanita yang cantik dan suci, dan beberapa tokoh sufi (tanpa menyebut Hasan Al-Bashri) pernah melawan. Dari kalangan penguasa, ada juga yang pernah melamarnya, dia adalah Muhammad bin Sulaiman, salah satu Amir Dinasti Abbasiyah. Namun dari semua lamaran itu, tidak ada satu pun yang diterima.
Di pinggiran kota Kairo, Mesir, kini telah dibangun sebuah masjid yang dinamai Rabia Al-Adawiya sebagai bentuk penghormatan terhadap tokoh tersebut.
Semoga bermanfaat.
