Tauhid sebagai Fondasi Kehidupan Satu Allah Satu Tujuan

Tauhid sebagai Fondasi Kehidupan Satu Allah Satu Tujuan
www.majelistabligh.id -

Pokok-pokok ajaran dalam Islam ada 4 (empat), yaitu akidah/tauhid, ibadah/syariah, muamalah dan akhlak.

Dimensi Ajaran Islam yang pertama adalah Tauhid. Tauhid menempati posisi yang istimewa dalam seluruh rangkaian ajaran Islam. Seluruh ibadah tidak akan diterima tanpa adanya landasan tauhid di dalam hati pelakunya.

Allah SWT telah mengabarkan bahwa siapa saja yang mengerjakan kebajikan atas dasar keimanan yang tulus, Allah akan memberikan kebaikan di dunia dan akhirat.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ (٩٧)

“Barangsiapa Yang beramal saleh baik lelaki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh Kami benar-benar memberinya kehidupan yang baik dan membalasnya dengan sebaik-baik pahala atas apa yang pernah mereka lakukan.” (An-Nahl [16]: 97)

Hidup manusia harus berlandaskan tauhid, yaitu keyakinan untuk mengesakan Allah—bertuhan, beribadah, serta tunduk dan taat hanya kepada-Nya.

Perilaku sehari-hari yang mencerminkan pemahaman terhadap tauhid antara lain adalah tidak bersikap sombong, tidak merasa diri paling hebat (takabur), serta senantiasa mensyukuri setiap pemberian Allah SWT—seperti masih diberi kesempatan bernapas, memiliki anggota tubuh yang lengkap, bisa menikmati makanan dan minuman, dan menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas kehendak Allah.

Orang yang bertauhid juga meyakini bahwa hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati manusia, serta berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Umat Islam harus bisa menguatkan ketauhidan kita untuk mengesakan Allah. Jadi, konsep laa ilaaha illallah diterjemahkan bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah, tunduk dan patuh hanya kepada Allah.

Terkait tauhid rububiyah (tauhid penciptaan), kita meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan seluruh alam dan seisinya, termasuk mencukupi segala kebutuhan kita. Cara Allah mencukupi kebutuhan makhluk-Nya sangat beragam; satu dengan yang lain tidak selalu sama.

Orang yang bertauhid dapat menerima nikmat melalui berbagai cara, dari siapa pun, di mana pun, dan dalam momen apa pun Allah menghendakinya. Dengan begitu, Allah akan menambah nikmat-Nya. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surah Ibrahim ayat 7:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Orang yang memiliki jiwa tauhid yang kuat pasti akan merdeka, karena hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran hidup. Jika seseorang memahami dimensi-dimensi tauhid, maka ia akan menyadari beberapa peran penting tauhid, di antaranya:

  1. Tauhid menuntun kita dalam bertuhan. Laa ilaaha illallah, tidak ada Tuhan selain Allah. Di dunia ini banyak hal yang dianggap “tuhan” oleh manusia, namun hanya Allah yang benar-benar pantas disembah. Pernahkah dalam hidup kita merasa dikuasai oleh hawa nafsu? Saat itulah, tanpa sadar, kita telah menuhankan hawa nafsu.

  2. Orang yang bertauhid jiwanya tenang. Sebaliknya, orang yang tidak bertauhid akan hidup dalam kegelisahan karena tidak memiliki tempat bersandar yang hakiki. Misalnya, ketika uang tinggal dua juta lalu hilang karena dicuri, kita bisa panik dan takut tidak bisa makan keesokan harinya. Namun, jika bertauhid, kita akan menyerahkan semuanya kepada Allah dan yakin bahwa Allah pasti menggantinya dengan yang lebih baik.

  3. Tauhid memberikan arah yang jelas dalam kehidupan. Ia menjauhkan manusia dari pandangan sempit dan picik, menanamkan rasa percaya diri, serta menumbuhkan kesadaran akan harga diri.

Orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya pasti memahami tujuan penciptaannya. Ia berjalan di atas jalan yang lurus, menyadari dari mana ia berasal dan ke mana akhirnya, serta terhindar dari kebutaan dan kesesatan hidup.

أَفَمَن يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّن يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ﴿٢٢﴾

“Maka apakah orang yang berjalan Terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan Tegap di atas jalan yang lurus?” (QS. Al-Mulk: 22).

Hidup bertauhid akan menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang satu, satu kitab, satu risalah, dan satu kiblat, dan iman juga menjadikan manusia saling mencintai dan bersaudara seperti firman Allah SWT :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴿١٠﴾

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujuraat: 10).

Rasulullah saw bersabda:

مَثَلُ المُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالحُمَّى ( رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رضي الله عنه)

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling bersikap lemah lembut adalah seperti satu Tubuh, jika salah satu Anggota Tubuh merasakan sakit maka semua Anggota Tubuh yang lain akan sulit tidur dan demam.” (HR. Muslim dari An-Nu’man bin Basyir ra).

Kaum beriman adalah kaum yang melakukan ta’awun (saling bekerja sama) dalam kebaikan dan takwa dimana anggota masyarakatnya saling melarang dari perbuatan dosa dan permusuhan, semua berusaha untuk sukses menggapai rida Allah, karena ia takut kepada Allah dan takut kepada hari di mana ia harus berhadapan dengan Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya.

Dan ketika kaum muslimin berpegang teguh dengan tauhid mereka menjadi orang-orang yang terbaik seperti firman-Nya:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ﴿١١٠﴾

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110)

Apabila keimanan telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan amal shalih yang diridhai Allah swt sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-musuh mereka.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴿٩٦﴾

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Dahulu, kaum Muslimin adalah orang-orang yang lemah dan miskin. Namun, karena mereka beriman dan beramal shalih, Allah pun membuka pintu-pintu keagungan di dunia bagi mereka. Allah mencukupi mereka dengan karunia-Nya dan menolong mereka dari musuh-musuhnya dengan pertolongan serta kemenangan yang gemilang. (*)

Tinggalkan Balasan

Search