*)Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Kisah Nabi Adam AS menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang diberkahi. Salah satu alasannya karena Nabi Adam menunjukkan contoh sifat manusia yang terikat untuk mematuhi semua petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun kemudian dia gagal, bertobat dan diterima kembali serta dibimbing agar tetap berada di jalan yang lurus.
Karena itu, apa yang dibawa, apa yang dilakukan, dan apa yang dihindari dapat menjadi pelajaran tersendiri untuk kehidupan manusia kini, tidak terkecuali doa Nabi Adam AS yang dilangitkan. Nabi Adam menjadi Nabi yang diberkahi karena kepatuhannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Meski beliau juga pernah melakukan kesalahan besar sampai diturunkan ke bumi, tetapi Nabi Adam juga memperlihatkan contoh sifat manusia yang terikat untuk mematuhi segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meskipun sempat gagal, tetapi beliau langsung bertobat dan diterima kembali, kemudian dibimbing agar tetap berada di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu, kisah hidup serta ajaran Nabi Adam dapat menjadi suri teladan tersendiri. Kisah Nabi Adam dan Hawa harus diusir dari surga, dan diturunkan ke bumi. Setelah sampai di bumi, Nabi Adam dan Hawa mengakui kesalahan yang telah diperbuat. Keduanya kemudian bertobat.
Doa Nabi Adam termaktub dalam AlQuran Surat Al-A’raf 23,
قَا لَا رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ اَنْفُسَنَا وَاِ نْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.””
Doa ini sebagai amalan yang memiliki keutamaan, yang juga kerap disebut sebagai doa orang yang bertobat.
Setelah menyadari kesalahannya, Nabi Adam merasa menyesal dan bersalah. Beliau segera memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satu doa yang dimohonkan Nabi Adam kepada Allah adalah ayat tersebut.
Doa ini mengandung penyesalan dan pengakuan atas kesalahan yang dilakukan. Nabi Adam mengakui bahwa mereka telah melanggar perintah Allah, dan melakukan ketidakadilan terhadap diri mereka sendiri. Dia juga memohon ampunan dan belas kasihan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Adam menyadari bahwa tanpa ampunan Allah, mereka akan menjadi orang-orang yang merugi.
Doa ini juga menjadi contoh bagi umat muslim untuk senantiasa memohon ampunan dan berusaha menjaga diri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Dalam kehidupan sehari-hari, umat muslim dapat membaca doa ini, usai shalat maupun ketika memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukan. Membaca doa ini dengan sungguh-sungguh dan tulus, diharapkan dapat memperoleh pengampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan meneladani sikap dan doa Nabi Adam, umat muslim diharapkan dapat menjadi hamba yang selalu taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengakui kesalahan, dan memohon ampunan-Nya dalam menjalani kehidupan ini.
Dalam surat Al-Baqarah 37, dikisahkan bahwa Allah menerima tobat Nabi Adam,
فَتَلَقّٰۤى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَا بَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّا بُ الرَّحِيْمُ
“Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.”
Barakallahu fiikum. (*)
