Cecep Taufikurrohman: Jika Ilmu Tidak Ikuti Zaman, Ia Akan Mati

Dr Cecep Taufikurrohman MA (kiri) menyampaikan materi (Syahroni Nur Wachid / Majelistabligh.id)
www.majelistabligh.id -

www.majelistabligh.id – Suasana serius menyelimuti ruang seminar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (27/9/2025). Ratusan peserta duduk menyimak dengan khidmat saat Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menggelar seminar bertajuk Risalah Akidah Islam.

Salah satu pembicara, Dr. Cecep Taufikurrohman, M.A., menegaskan kembali pentingnya akidah sebagai fondasi utama.

“Akidah adalah fondasi utama Islam. Sepanjang sejarah, ketika akidah terjaga, peradaban Islam mencapai kejayaan. Namun, ketika ia bercampur dengan syirik, bid’ah, dan khurafat, umat justru mengalami kemunduran,” ujarnya.

Dr. Cecep mengingatkan, setelah berabad-abad menjadi penggerak ilmu pengetahuan, umat Islam memasuki abad ke-18 dan 19 dalam kondisi terpuruk.

“Umat yang dulu memimpin dunia, justru masuk era modern dalam kondisi terpuruk,” katanya.

Menurutnya, ada dua faktor utama: stagnasi intelektual dari dalam, dan tekanan kolonialisme Barat dari luar. Jurang keterbelakangan semakin melebar akibat kemajuan sains dan teknologi Barat. Dari sinilah lahir gerakan-gerakan revivalisme Islam yang menekankan pemurnian akidah sebagai solusi.

Dr. Cecep menegaskan, akidah memiliki dua sisi. Pertama, sebagai keyakinan pokok yang bersifat statis atau ushul al-aqidah. Kedua, sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat dinamis.

“Jika ilmu tidak mengikuti zaman, ia akan mati. Begitu juga dengan ilmu akidah,” jelasnya.

Ia juga menelusuri beragam istilah yang digunakan sepanjang sejarah, mulai dari al-Fiqh al-Akbar, Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, hingga Ushuluddin. Perbedaan istilah mencerminkan dinamika pemikiran Islam menghadapi tantangan zaman.

Di titik ini, Dr. Cecep menekankan peran Muhammadiyah. “Sejak awal, Muhammadiyah fokus pada pemurnian akidah dari penyimpangan, namun tidak berhenti di situ. Ia juga mengintegrasikan akidah dengan amal sosial dan keterbukaan terhadap ilmu modern,” ujarnya.

Inilah keunikan Muhammadiyah: menjaga kemurnian iman sekaligus aktif mengembangkan pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

“Pembaruan akidah bukan berarti mengubah prinsip dasar, melainkan menghidupkan kembali semangat rasional, kritis, dan kontekstual dalam memahami keyakinan Islam,” tegas Dr. Cecep.

Menutup paparannya, Dr. Cecep menyampaikan pesan reflektif. “Akidah adalah fondasi peradaban. Jika ia dijaga dengan benar, umat akan kembali menemukan arah kebangkitannya,” pungkasnya. (Syahroni Nur Wachid)

Tinggalkan Balasan

Search