Hasad: Penyakit Hati yang Menggerogoti Pahala

Hasad: Penyakit Hati yang Menggerogoti Pahala
*) Oleh : Ferry Is Mirza DM

Hasad atau sifat iri dan dengki merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Ia bukan hanya mencoreng kesucian jiwa, tetapi juga mampu menghapus pahala kebaikan seseorang.

Ironisnya, hasad bisa menjangkiti siapa saja, tak peduli seberapa tinggi jabatan, seberapa banyak harta, atau seberapa luas popularitas yang dimilikinya.

Ternyata, kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki seseorang tidak serta-merta menjamin hatinya bersih dari rasa iri terhadap orang lain.

Bahkan, seringkali orang yang berada di puncak kekuasaan atau ketenaran justru merasa sesak melihat kebahagiaan orang yang kedudukannya jauh di bawah.

Tak jarang, kita melihat orang kaya yang justru kehilangan ketenangan batinnya hanya karena melihat pembantunya mendapatkan rezeki tak terduga berupa umrah gratis.

Hatinya terusik karena si pembantu itu lebih dicintai oleh tetangga dan warga sekitar rumahnya. Padahal, secara materi, si majikan jauh lebih beruntung. Tapi hati tidak bisa dibohongi—rasa iri itu tetap tumbuh dan menggerogoti.

Begitu pula dengan orang terkenal. Ada saja yang merasa gelisah dan tidak nyaman saat temannya mulai mendapat sedikit perhatian dari penggemar.

Bukannya ikut bahagia, justru muncul rasa waswas—takut popularitasnya tergeser. Padahal, temannya belum seberapa dikenal dibanding dirinya.

Sungguh, iri dan dengki bisa menyerang siapa saja, bahkan kepada orang yang secara kasat mata tampak lebih lemah, lebih miskin, atau lebih rendah. Yang lebih mengherankan, pelaku hasad sering kali mengelak dan berkata:

“Untuk apa saya iri pada dia? Saya lebih kaya, lebih terkenal, lebih punya pengaruh, dan lebih segalanya dari dia.”

Namun, kata-kata seperti itu sering kali hanya menjadi tameng untuk menutupi luka dan kegelisahan batin yang sebenarnya disebabkan oleh hasad.

Sebab hasad bukanlah soal logika atau hitung-hitungan duniawi. Hasad adalah penyakit hati yang tak memandang status sosial.

Secara makna, hasad bukan sekadar menginginkan kenikmatan orang lain hilang. Bahkan sekadar tidak suka melihat orang lain mendapatkan nikmat dari Allah pun sudah termasuk dalam kategori hasad.

Terkadang, seseorang enggan menyampaikan pujian atau kabar baik yang ditujukan kepada saudaranya—semata-mata karena ia tidak rela saudaranya itu mendapat perhatian dan apresiasi. Ini pun merupakan salah satu gejala dari hasad.

Jika kita merasa mulai terjangkiti penyakit ini, jangan ditunda lagi—segeralah bertaubat dan memohon pertolongan kepada Allah untuk membersihkan hati.

Karena hasad hanya akan merusak jiwa, menghilangkan pahala, dan menjerumuskan kita ke dalam jurang kesengsaraan.

Orang yang dikuasai hasad tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati. Setiap kali melihat saudaranya diberi nikmat oleh Allah, hatinya akan semakin sesak, dadanya terasa sempit, dan hidupnya semakin merana. Sungguh, hidup dalam hasad adalah hidup yang penuh derita batin.

Semoga Allah SWT melindungi kita dari sifat hasad yang hina dan menjauhkan hati kita dari penyakit yang merusak ini.

Rasulullah saw telah memberikan peringatan yang sangat jelas dalam sabdanya:

“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan janganlah sebagian kalian menjual di atas penjualan sebagian yang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzalimi, tidak boleh menelantarkan, tidak boleh mendustakan, dan tidak boleh menghinanya. Cukuplah seseorang dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim haram atas Muslim lainnya darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mari kita rawat hati agar tetap bersih dari hasad. Karena hati yang bersih adalah kunci ketenangan, sumber keberkahan, dan jalan menuju ridha Allah SWT. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *