Kejahatan dan keburukan dalam hidup bukan hanya disebabkan oleh faktor eksternal, tetapi juga lemahnya kontrol diri manusia.
Dalam tausiyah Ramadan di Masjid Al Badar, Jalan Kertomenanggal, Surabaya, Selasa (11/3/2025) malam, Ustaz Muhammad Yasri MAg menegaskan bahwa Islam hadir sebagai proteksi yang memberikan jaminan bagi manusia agar tidak mudah tergelincir dalam keburukan.
“Puasa bukan sekadar menahan lapar, tapi juga latihan mengendalikan hawa nafsu. Kalau manusia bisa mengontrol nafsu makan dan syahwat, maka kejahatan bisa ditekan,” ujar Ustaz Yasri di hadapan para jamaah yang memadati masjid.
Dia lalu menjelaskan bahwa berbagai bentuk kejahatan yang ada di masyarakat sering kali berakar dari kegagalan individu dalam mengendalikan diri.
“Banyak lembaga hukum, ada kepolisian, ada badan pengawas, tapi kenapa kejahatan tetap ada? Karena sistem kontrol dalam diri manusia itu yang lemah,” katanya.
Ustaz Yasri juga menekankan bahwa puasa Ramadan bukan hanya ibadah wajib, tetapi juga metode penguatan diri agar lebih disiplin dan bertakwa. Ia mengutip ayat la’allakum tattaqun, agar kamu bertakwa. Itu sebagai bukti bahwa puasa adalah jalan menuju ketakwaan yang sejati.
“Kalau manusia mampu menahan hawa nafsunya, terutama dalam hal makan dan syahwat, maka ia akan terhindar dari banyak keburukan. Islam mengajarkan pengendalian diri, dan puasa menjadi salah satu cara terbaik untuk melatihnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ustaz Yasri menegaskan bahwa Islam bukan sekadar agama, tetapi juga sistem perlindungan yang dirancang untuk membimbing manusia dalam menjalani kehidupan.
“Allah lebih tahu apa yang ada dalam hati kita. Nafsu bisa membawa kita tersesat jika tidak dijaga dengan baik,” tambah pengasuh pesantren Al Firdaus Pacet ini.
Puasa, menurutnya, adalah latihan spiritual yang mengajarkan kesabaran, keikhlasan, dan kedisiplinan. Ketiga hal ini sangat penting untuk membangun karakter seorang Muslim yang kuat dan bertakwa.
“Dengan puasa, kita belajar bahwa tidak semua keinginan harus dipenuhi. Ada batasan-batasan yang harus dijaga demi kebaikan diri sendiri dan masyarakat,” ujarnya.
Salah satu bagian menarik dari tausiyah Ustaz Yasri adalah pembahasannya tentang tipu daya setan. Menurutnya, setan selalu menawarkan janji-janji palsu yang bisa menyesatkan manusia, sementara janji Allah selalu benar.
“Setan mengajak dengan rayuan, Allah memerintah dengan kebaikan. Mana yang kita pilih? Ramadan adalah waktu terbaik untuk kembali ke jalan yang benar,” tegasnya.
Dia juga menjelaskan bahwa di dalam Al-Qur’an, Allah telah mengingatkan bahwa manusia diciptakan dengan hawa nafsu, dan nafsu ini bisa membawa mereka ke jalan yang benar atau justru menjerumuskan mereka ke dalam dosa.
Oleh karena itu, kata Ustaz Yasri, seseorang harus selalu waspada terhadap bisikan setan dan berusaha memperkuat iman mereka dengan menjalankan ibadah secara istikamah.
“Jangan pernah menganggap bahwa kejahatan hanya berasal dari luar. Justru yang lebih berbahaya adalah kejahatan yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Makanya, puasa menjadi alat untuk menekan dorongan-dorongan negatif tersebut,” paparnya.
Ustaz Yasri juga membahas bahwa puasa bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga bentuk perlindungan yang diberikan Allah kepada manusia. Dengan puasa, seseorang tidak hanya menjaga tubuhnya dari makanan dan minuman, tetapi juga menjaga hati, pikiran, dan perilaku dari hal-hal yang dilarang oleh agama.
“Puasa itu seperti benteng. Ia melindungi kita dari segala sesuatu yang bisa merusak jiwa dan raga. Kalau kita benar-benar menjalankan puasa dengan baik, kita akan merasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Ia pun mengajak jamaah untuk tidak hanya fokus pada aspek lahiriah dari puasa, seperti menahan lapar dan haus, tetapi juga memperhatikan aspek batiniah, seperti menjaga hati dari iri dengki, menjaga lisan dari perkataan kotor, dan menjaga perilaku dari perbuatan yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Sebagai penutup, Ustaz Yasri mengajak jamaah untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum introspeksi diri.
“Jangan salahkan setan kalau kita berbuat dosa, karena pada akhirnya, kita sendiri yang memilih. Puasa adalah alat untuk melindungi diri dari keburukan,” pungkasnya. (wh)
