Membenci orang yang zalim itu wajib. Termasuk membenci siapa pun yang mendukungnya.
Islam tidak pernah mengajarkan mencintai kezaliman dan para pelakunya. Islam tidak pernah mengajarkan mencintai kebohongan dan para pendustanya.
Islam tidak pernah mengajarkan mencintai pengingkaran dan para pelakunya. Islam tidak pernah mengajarkan mencintai pengkhianatan dan para pelakunya.
Adalah keliru jika kita diminta diam atau mengambil sikap netral terhadap kemaksiatan. Kita wajib bersuara, menampakkan kebencian dan ketidakridhaan terhadap kezaliman dan para pelakunya.
Posisi kita harus jelas, tidak boleh abu-abu. Kebenaran harus jelas, kesalahan pun harus jelas. Kita harus menunjukkan kecintaan terhadap ketaatan, dan menampakkan kebencian serta kemarahan terhadap kezaliman dan ketidakadilan.
Jangan tertipu. Jangan takut hanya karena khawatir dituduh menyebar kebencian dan permusuhan berbasis SARA. Agama Islam yang memerintahkan untuk membenci kezaliman sekaligus melawannya. Agama Islam pula yang mengajarkan untuk memusuhi ketidakadilan dan berlepas diri darinya.
Tidak mungkin kebenaran dapat tegak jika masih ada sikap loyal terhadap kezaliman dan ketidakadilan. Tidak mungkin ada kemaslahatan dari orang yang mencintai dan menyayangi kezaliman.
Islam telah memerintahkan kita untuk menyandarkan rasa cinta dan benci berdasarkan syariat. Dan syariat telah mengajarkan kita untuk membenci kezaliman dan ketidakadilan.
Salamah bin Dinar rahimahullah berkata: “Ada dua perkara yang jika engkau lakukan, maka engkau akan meraih kebaikan dunia dan akhirat: engkau melakukan apa yang tidak engkau sukai jika Allah Azza wa Jalla mencintainya, dan engkau tinggalkan apa yang engkau sukai jika Allah Azza wa Jalla membencinya.” (Al-Ma’rifah wat Tarikh, jilid 1 hlm. 381)
Ada nasihat tentang kebutaan atas kebaikan orang lain akibat kebencian:
“Jika cinta dapat membuat seseorang buta terhadap segala keburukan, maka kebencian dapat membuatnya buta atas segala kebaikan.”— Al-Jahizh
Malik bin Dinar rahimahullah berkata: “Sesungguhnya badan jika sakit, maka ia tidak akan enak makan, minum, tidur, dan istirahat. Demikian juga keadaan hati, jika ia diikat dengan kecintaan terhadap dunia, maka berbagai nasihat tidak akan bermanfaat baginya.” (Az-Zuhd al-Kabir, hlm. 25)
Berhati-hatilah terhadap ambisi yang akan memperbudak kita:
“Engkau menjadi manusia merdeka terhadap sesuatu yang tidak pernah engkau inginkan, dan engkau menjadi budak terhadap sesuatu yang engkau ambisikan.”— Ibnu Athaillah As-Sakandari
Bersabarlah jika kita diperlakukan secara zalim dan tidak adil. Janganlah bersedih karenanya. Sesungguhnya kita lebih mengutamakan kepentingan akhirat, karena di sanalah keadilan sejati akan ditegakkan.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:
“Engkau akan menjumpai orang-orang yang mengutamakan akhirat tidak akan bersedih karena dunia yang terluput dari mereka. Jika sesuatu dari dunia datang kepada mereka, mereka menerimanya. Namun, jika sesuatu terlewatkan, mereka tidak bersedih karenanya.” (Syarh Riyadhush Shalihin, jilid 3 hlm. 48)
Ketika kita menanam kebahagiaan di hati orang lain, yakinlah: akan datang suatu hari di mana orang lain akan menanam kebahagiaan di dalam diri kita.
Teruslah berbuat baik. Jangan bosan berbagi. Allah Azza wa Jalla senantiasa mengawasi. Kebaikan tidak akan terlupakan. Jangan terlalu berharap pada manusia, tapi beramallah untuk-Nya semata.
Ingat firman-Nya:
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula.” (QS. Ar-Rahman: 60)
Mari kita awali hari ini dengan berdoa memohon ampunan-Nya:
Yaa Allah,
Ampunilah kesalahanku,
kebodohanku,
kelebihan-kelebihan dalam perkaraku,
dan apa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku.
Yaa Allah,
Ampunilah diriku dalam kesungguhanku,
kelalaianku,
kekhilafanku,
kesalahanku,
kesengajaanku,
dan semua itu berasal dari sisiku.
Yaa Allah,
Ampunilah aku dari segala dosa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan,
segala dosa yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan,
dan dosa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku.
Engkau Yang Maha Mendahulukan dan Yang Mengakhirkan,
dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(HR. Bukhari 6398 dan Muslim 2719)
Insya Allah, Allah Azza wa Jalla senantiasa mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah dan tidak terikat oleh ambisi cinta kepada dunia yang fana ini.
Di dunia yang hanya sementara ini, in syaa Allah kita diberikan kemampuan untuk menegakkan keadilan guna meraih rida-Nya.
Aamiin yaa Rabb. (*)
