Dalam Islam, fenomena ketika keburukan (maksiat atau dosa) nampak baik atau indah di mata manusia sering dijelaskan sebagai salah satu tipu daya setan dan cobaan dari Allah SWT. Setan berusaha terus menerus menyeret manusia kepada kemaksiatan dengan cara menghiasinya agar terlihat menarik.
Ada orang-orang yang hidupnya amat cinta kepada kenikmatan duniawi, mereka tidak pernah mengekang hawa nafsunya, mereka merasa seakan-akan hidup di dunia ini adalah satu-satunya kehidupan, sedangkan akhirat mereka lupakan atau dianggap tidak akan pernah ada.
Orang-orang yang ingkar adanya hari berbangkit dan adanya perpindahan hidup dari dunia ke akhirat, atau orang-orang yang lupa atau yang sengaja melupakan keduanya, maka segala perbuatan buruk yang mereka lakukan akan dijadikan tampak indah di matanya sehingga mereka selalu bergelimang dalam kesesatan.
Allah berfirman dalam Surat An-Naml Ayat 4:
اِنَّ الَّذِيۡنَ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَةِ زَيَّـنَّا لَهُمۡ اَعۡمَالَهُمۡ فَهُمۡ يَعۡمَهُوۡنَؕ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan. (QS An-Naml : 4)
Senikmat dan seindah apapun keburukan tetap tidak akan membawa keberuntungan, namun sekecil dan sederhana apapun kebaikan akan membawa keberkahan.
Jadi, siapa saja yang memilih setia di jalan kebaikan, berarti ia telah memilih jalan yang akan sampai pada kebahagiaan.
Maka jika seseorang menyadari tentang besarnya ganjaran dan keutamaan melakukan kebaikan, niscaya ia akan berletih-letih berusaha melakukan apa saja yang masih bisa dikerjakan untuk kebaikan.
Dan betapa ruginya orang yang sama-sama menghabiskan waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu, atau 12 bln setahun, penuh dengan catatan keburukan.
Maka itu mulai detik ini niatkan mengisi dengan kebaikan.
Jangan sia-siakan waktu dan kesempatan untuk terus berusaha menambah cacatan amal dan melakukan kebaikan.
Jika engkau tidak mampu melakukan yang besar, maka lakukan yang kecil saja, asalkan tetap kontinue
Jika engkau tidak mampu melakukan semuanya, maka lakukan sebagian saja, asal jangan sampai ditinggalkan..
Tetap berusaha istiqamahlah dalam kebaikan, yang terpenting jangan sampai kosong setiap hari tanpa tambahan pahala.
Lihatlah gedung yang tinggi, bukankah awalnya hanya kerikil dan pasir kecil, namun lama-lama menjadi bangunan yang tinggi dan megah.
Begitu pula dengan kebaikan yang kita kerjakan, walau itu kecil jika kita rutin, ikhlas dan tujuannya kepada Allah, maka semua bisa menjadi besar nilainya. (*)
