Ketua Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah Wafat, Sejumlah Tokoh Sampaikan Dukacita Mendalam

Ketua Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah Wafat, Sejumlah Tokoh Sampaikan Dukacita Mendalam
www.majelistabligh.id -

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kabar duka datang dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PP Muhammadiyah Dr. Arif Budimanta, wafat pada Sabtu (6/9/2025) pukul 00.06 WIB di Jakarta. Almarhum disemayamkan di rumah duka Jalan Rawamangun Muka Golf No. 3, Rawamangun, Jakarta Timur.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan duka cita mendalam, mengenang beliau sebagai sosok jernih, rendah hati, dan mengutamakan kepentingan umat.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan kontribusi almarhum dalam mengembangkan Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah.

“Almarhum adalah pribadi yang jernih, rendah hati, dan selalu mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Dengan dedikasi dan keikhlasannya, almarhum  banyak memberikan kontribusi positif dalam mengembangkan Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah,” kenang Haedar.

Kehilangan ini dirasakan tidak hanya oleh Muhammadiyah, tetapi juga kalangan politik, akademisi, dan masyarakat luas. Doa agar almarhum husnul khatimah terus mengalir dari berbagai pihak.

Arif Budimanta lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 15 Maret 1968. Ia menempuh pendidikan di SMA Negeri 4 Medan, lalu melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lulus sebagai sarjana Ilmu Tanah pada 1990. Gelar magister diperoleh dari Universitas Indonesia (1996) dengan fokus Ekonomi Sumber Daya Alam, dan gelar doktor diraih dari FISIP UI pada 2006.

Ia memperluas wawasan di bidang keuangan melalui studi di University of Chicago serta mengikuti Senior Executive Program di Harvard Business School. Kiprah akademiknya terwujud melalui pengajaran di Universitas Muhammadiyah, ITB Ahmad Dahlan, dan UI, serta keikutsertaannya sebagai narasumber di Lemhanas dan BPIP.

Sejak 2008, ia memimpin Megawati Institute sebagai Direktur Eksekutif. Dedikasi akademiknya mengantarkan almarhum dikenal luas sebagai intelektual publik yang konsisten.

Di ranah politik, Arif Budimanta aktif sebagai kader PDI Perjuangan. Ia menjadi anggota DPR RI periode 2009–2014 dari Dapil Jawa Barat III. Selama menjabat, ia juga dipercaya sebagai Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan di MPR RI.

Karier politiknya berlanjut dengan menjadi Ketua DPP PDI Perjuangan periode 2005–2010. Selain itu, ia menggagas Kaukus Ekonomi Konstitusi di DPR untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat dalam indikator APBN. Ia juga pernah menjadi Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) pada 2016–2019. Pada periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi, Arif diangkat sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi.

Selain di politik, Arif aktif dalam lembaga ekonomi dan organisasi keislaman. Ia pernah menjabat Wakil Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia (2007–2012), serta Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia.

Ia menggagas Pancasilanomics, pendekatan ekonomi berbasis Pancasila yang inklusif dan berkeadilan. Pemikirannya dituangkan dalam berbagai buku, antara lain CSR: Jawaban bagi Model Pembangunan di Indonesia Masa Kini (2004) dan Pancasilanomics: Ekonomi Pancasila dalam Gerak (2019). Pemikirannya diakui sebagai upaya merumuskan ekonomi kerakyatan yang sesuai nilai bangsa. Kiprahnya menjadikan almarhum sebagai jembatan antara akademisi, politisi, dan aktivis.

Sebagai Ketua Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah, Arif Budimanta menggagas Al-Ma’un Economic Forum. Forum ini menjadi ruang strategis pemikiran ekonomi yang berlandaskan spiritualitas, etika sosial, dan keadilan struktural. Ia juga memimpin Simposium Al-Ma’un yang dirancang untuk merumuskan praksis ekonomi inklusif nasional. Aktivitas ini menunjukkan konsistensi Arif dalam memadukan nilai agama dengan kebijakan publik.

Gagasan ini relevan dengan arah pembangunan bangsa yang menekankan keadilan sosial dan kemanusiaan. Majelis Ekonomi Muhammadiyah di bawah kepemimpinannya semakin dikenal produktif dalam melahirkan konsep strategis. Kontribusinya membuatnya dihormati sebagai tokoh pemikir Islam progresif.

Reaksi atas kepergian Arif datang dari berbagai kalangan. Didik J. Rachbini mengenang almarhum sebagai aktivis, akademisi, dan politikus yang berpikir progresif. Menurutnya, Arif mempelopori pemikiran Pancasilanomics dan konsisten mengkritisi pembangunan.

PP Muhammadiyah menyebut almarhum sebagai pribadi jernih dan rendah hati yang selalu mendahulukan kepentingan umat. Mantan Menko PMK, Muhadjir Effendy, juga menyampaikan belasungkawa langsung ke rumah duka. Ganjar Pranowo, Ketua DPP PDI Perjuangan, ikut menyampaikan duka cita mendalam. Ucapan belasungkawa juga datang dari akademisi, politisi, hingga aktivis sosial. Semua menyatakan kehilangan atas wafatnya sosok pemikir bangsa.

Sepanjang karier, Arif dikenal membaurkan fungsi akademis, politis, dan sosial. Ia berperan dalam perumusan kebijakan nasional melalui posisinya di KEIN, sebagai Staf Khusus Presiden, maupun penasihat kementerian. Di legislatif, ia memperjuangkan penguatan indikator kesejahteraan dalam kebijakan anggaran negara.

Aktivitasnya dalam organisasi keagamaan memperluas jangkauan gagasan terhadap masyarakat. Latar belakang akademik yang kuat menjadikannya pemikir yang visioner. Tulisan-tulisannya meningkatkan literasi ekonomi politik berbasis nilai kebangsaan. Ia menjadi simbol integrasi antara politik, agama, dan kebijakan publik.

Duka mendalam dirasakan Muhammadiyah dan bangsa atas wafatnya Arif Budimanta. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah, karya, dan perjuangan almarhum sebagai amal jariyah. Doa dipanjatkan agar kuburnya dilapangkan dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Keluarga yang ditinggalkan diharapkan diberi kekuatan dan kesabaran. Pemikiran dan gagasan almarhum akan terus hidup sebagai warisan intelektual bangsa. Kehilangan ini menjadi refleksi penting bagi bangsa atas jasa seorang pemikir dan pejuang keadilan. Selamat jalan, Dr. Arif Budimanta. (m.roissudin)

Tinggalkan Balasan

Search