Pertanyaan yang tajam, dan sangat relevan dalam diskursus tentang peran guru dalam pembangunan bangsa. Kalau kita telaah secara lebih dalam, justru bisa dibalik: mengapa negara tidak merasa terbebani untuk mengangkat martabat guru sebagai pilar peradaban?
Mari kita bedah dari beberapa sudut:
Perspektif Filosofis dan Etis
. Guru adalah penjaga fitrah dan pembentuk karakter generasi. Dalam Islam, guru (mu’allim) memiliki kedudukan mulia, bahkan Rasulullah ﷺ disebut sebagai “guru umat.” Maka, memuliakan guru adalah bagian dari memuliakan ilmu dan peradaban.
. Beban atau amanah? Menyebut guru sebagai beban bisa jadi cerminan dari sistem yang belum mampu melihat pendidikan sebagai investasi jangka panjang, bukan sekadar pengeluaran.
Perspektif Kebijakan Publik
. Anggaran pendidikan besar, berharap Guru honorer dapat digaji dengan standar hidup layak, dan juga langsung berdampak ke murid.
. ASN dan beban fiskal. Dalam sistem kepegawaian negara, guru termasuk ASN yang digaji negara. Tapi jika dilihat dari kontribusi sosial dan dampak jangka panjang, guru justru mengurangi beban negara dengan menciptakan generasi yang produktif dan beretika.
Perspektif Transformasi Sosial
. Guru sebagai agen perubahan. Mereka bukan hanya pengajar, tapi juga pembimbing moral, fasilitator nilai, dan penjaga harapan. Tanpa guru, negara kehilangan arah pembangunan manusia.
. Jika guru dianggap beban, maka bangsa kehilangan ruhnya. Karena pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, tapi penanaman nilai dan pembentukan jiwa.
Mungkin yang perlu kita dorong adalah perubahan narasi: dari “guru sebagai beban” menjadi “guru sebagai amanah strategis.” Dan “guru sebagai Penjaga Fitrah Bangsa”
Makna Amanah: Spiritualitas dan Etika
• Amanah adalah titipan ilahi. Dalam Islam, guru memikul tanggung jawab untuk menjaga dan menumbuhkan fitrah anak-anak, bukan sekadar mentransfer ilmu.
* Guru sebagai penjaga ruh pendidikan. Ia bukan hanya pengajar, tapi pembimbing akhlak, penanam nilai, dan penjaga harapan.
* Etika profesi sebagai ibadah. Ketika guru bekerja dengan niat lillāhi taʿālā, maka setiap aktivitasnya menjadi bagian dari amal jariyah.
Strategis: Peran Kunci dalam Pembangunan Bangsa
* Guru membentuk generasi pemimpin. Mereka adalah arsitek karakter, bukan hanya penyampai kurikulum.
* Investasi jangka panjang. Negara yang memuliakan guru sedang menanam benih kemajuan sosial, ekonomi, dan spiritual.
* Pengungkit transformasi sosial. Guru bisa menjadi katalis perubahan di komunitas, terutama jika diberdayakan secara sistemik.
Makna Fitrah dalam Konteks Pendidikan
* Fitrah adalah potensi ilahi yang melekat pada setiap anak. Seperti disebut dalam QS. Ar-Rum: 30, manusia diciptakan dalam keadaan fitrah.
* Tugas guru bukan membentuk dari nol, tapi menjaga dan menumbuhkan. Pendidikan bukan proses mencetak, melainkan proses membimbing agar fitrah berkembang secara utuh.
Bayangkan sebuah lingkaran pusat bertuliskan “Guru sebagai Penjaga Fitrah”, dikelilingi oleh lima lingkaran kecil:
* Tauhid & Adab
* Akal & Hikmah
* Emosi & Kasih Sayang
* Sosial & Komunitas
• Fisik & Kemandirian
Setiap lingkaran bisa diisi dengan contoh konkret peran guru, seperti:
* Membuka pelajaran dengan doa dan tadabbur
* Mengajak murid berdiskusi, bukan hanya menghafal
* Menyediakan ruang aman untuk ekspresi emosi
* Mendorong kerja sama dan kepedulian sosial
* Membiasakan kebersihan, olahraga, dan disiplin waktu. (*)
