Sakit, Jalan Mendekatkan Diri kepada Allah

Sakit, Jalan Mendekatkan Diri kepada Allah
*) Oleh : M Fitriani
Bagian Binroh RS Muhammadiyah Palangkaraya
www.majelistabligh.id -

Sakit bukan sekadar ujian, melainkan cara Allah membersihkan dosa-dosa hamba-Nya. Ia bagaikan sedekah bagi jasad (tubuh) : menyucikan, melembutkan hati, dan menumbuhkan syukur. Temukan makna terdalam dari rasa sakit dalam renungan ini. Seperti ungkapan “nikmat nya sehat dapat kita rasakan ketika kita dalam kondisi sakit”.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan sebaik-baik bentuk dan dikaruniai tubuh yang sempurna. Namun, jasad (tubuh) itu bukan sekadar untuk dinikmati, melainkan amanah. Sebagaimana harta memiliki sedekah demikian pula badan.

Sakit menuntun manusia agar tidak sekadar mengeluh ketika tubuh ditimpa penyakit. Justru sakit adalah bagian dari penyucian diri dan tubuh (jasad). Ia menjadi salah satu cara Allah menggugurkan dosa, mengingatkan hamba-Nya, dan mengantarkannya kembali pada kesadaran sejati.

Allah SWT berfirman: “Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155)

Sakit adalah ujian berupa kekurangan pada al-anfus (jiwa/raga). Namun, ujian itu adalah tanda kasih sayang Allah, bukan murka-Nya. Orang beriman yang sakit sejatinya sedang dibersihkan dari dosa-dosanya, sebagaimana sabda Rasulullah :
Tidaklah seorang mukmin ditimpa keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesedihan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dari dosa-dosanya karenanya.” (H.R. Bukhari no. 5641, Muslim no. 2573)

Maka, ketika sakit datang, jangan hanya merintih dan berkeluh kesah. Hadirkanlah rasa syukur. Sakit adalah tanda bahwa tubuh masih aktif dalam perjalanannya menuju penyucian. Bandingkan dengan badan yang tak pernah diuji: sehat sepanjang masa, tetapi mungkin penuh kesombongan dan jauh dari tafakur. Seperti harta yang tak pernah kita sedekahkan, bingung mau digunakan untuk apa sangat terlihat utuh, tetapi terancam kerusakan atau lapuk dimakan zaman (waktu).

Dalam Shahih Muslim disebutkan: “Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Sesungguhnya semua urusannya baik baginya. Jika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.” (H.R. Muslim No. 2999)

Jadi, jangan iri kepada orang yang selalu sehat. Jangan merasa Allah tidak adil ketika menimpakan penyakit kepadamu. Bisa jadi, di balik sakit yang engkau derita, Allah sedang mengangkat derajatmu. Bahkan, itu adalah bentuk cinta-Nya agar engkau lebih dekat kepada-Nya.

Sakit membuat kita berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia. Ia membuat kita menengadah, berdoa lebih lama, menyebut nama Allah dengan lebih khusyuk. Sakit melembutkan hati dan menumbuhkan empati. Betapa banyak orang yang baru menyadari nikmat sehat justru setelah kehilangannya.

Nabi Ayyub As, pernah diuji dengan penyakit berat bertahun-tahun lamanya. Namun, beliau tetap sabar dan terus memuji Allah. Hingga akhirnya Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Sebaik-baik hamba, sungguh dia adalah orang yang banyak kembali (kepada Allah).”  (Sad: 44)

Maka, jadikanlah sakit sebagai momentum pertaubatan. Jangan sia-siakan peluang untuk membersihkan diri dari dosa dan mendekat kepada Rabbmu. Sebab sehat bukanlah jaminan kebahagiaan, dan sakit bukanlah tanda kehinaan. Ia justru bisa menjadi jalan keselamatan.

Jika engkau sedang diuji dengan nyeri, lemah, atau penyakit yang menggerogoti atau sakit yang sudah sangat lama, katakanlah dalam hatimu: “Ya Allah, aku rida, semoga dengan sakit menjadi penebus dosaku, maka aku bersyukur. (*)

Tinggalkan Balasan

Search