Kalimat itu menyentuh hati. Ia seperti cermin yang mengajak kita merenung: di tengah hiruk-pikuk pencarian cinta manusia, yang sering penuh harap, luka, dan ilusi, kita kadang lupa bahwa ada cinta yang paling murni, paling menenangkan, dan paling setia: cinta Allah.
“Barangsiapa mencintai sesuatu, ia akan sibuk dengannya. Maka jika kita mencintai Allah, hati kita akan sibuk dengan-Nya.” ( Ibn Qayyim ).
Dua Jalan Cinta:
* Jalan Cinta Manusia: Dipenuhi bunga-bunga harapan, tapi juga duri kekecewaan. Kadang indah, kadang menyesatkan.
SIBUK MENCARI CINTA MANUSIA: Refleksi Jalan yang Menyita Jiwa
1. Arah yang Tersesat
• Cinta manusia sebagai tujuan utama bisa membuat kita lupa bahwa cinta sejati adalah kepada Allah.
• Sibuk mencari cinta manusia sering berarti:
• Mengejar validasi sosial
• Mengorbankan prinsip demi penerimaan
• Menukar ridho Allah dengan pujian makhluk
2. Cermin Kehilangan
• Ketika kita sibuk mencari cinta manusia:
• Kita cenderung menyembunyikan fitrah demi citra
• Kita menyesuaikan diri secara berlebihan, kehilangan keaslian
• Kita menjadi lelah, karena cinta manusia bersyarat dan berubah-ubah
Al-Qur’an memperingatkan agar tidak menjadikan cinta kepada manusia melebihi cinta kepada Allah, karena hal itu bisa menyesatkan dan melemahkan iman.
Berikut beberapa ayat yang relevan untuk menggambarkan kondisi “sibuk mencari cinta manusia”:
Ayat-Ayat Al-Qur’an Terkait Sibuk Mencari Cinta Manusia
1. Surah Al-Baqarah (2): 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙ
Artinya: Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah.
Makna: Ketika cinta kepada manusia, harta, atau status menjadi tandingan cinta kepada Allah, maka itu adalah bentuk kesyirikan hati. Orang beriman menjadikan cinta kepada Allah sebagai pusat orientasi hidup.
2. Surah At-Taubah (9): 24
قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ ࣖ
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
Makna: Allah mengingatkan bahwa cinta kepada manusia dan duniawi tidak boleh melebihi cinta kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya. Jika itu terjadi, maka kita sedang menunda ketaatan dan membahayakan keselamatan spiritual.
3. Surah Al-Imran (3): 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ
Artinya: Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.
Makna: Allah mengakui bahwa cinta kepada manusia dan dunia adalah fitrah, tapi harus dikendalikan dan diarahkan agar tidak menjadi jebakan yang menjauhkan dari akhirat.
* Jalan Cinta Allah: Terlihat sederhana, tapi bercahaya. Di ujungnya ada ketenangan, ridho, dan kebahagiaan hakiki.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa cinta kepada Allah adalah jalan tertinggi yang menuntun manusia kepada kebahagiaan hakiki, ketenangan jiwa, dan keselamatan akhirat. Ayat-ayat berikut menggambarkan bagaimana cinta kepada Allah menjadi kompas hidup yang lurus dan penuh berkah.
Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Jalan Cinta kepada Alla
1. Surah Ali Imran (3): 31
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Makna: Jalan cinta kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah ﷺ. Cinta kepada Allah bukan hanya perasaan, tapi ketaatan dan komitmen.
2. Surah Al-Ma’idah (5): 54
اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙ
Artinya: Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya,
Makna: Cinta kepada Allah adalah hubungan timbal balik. Allah mencintai hamba yang rendah hati, berjuang di jalan-Nya, dan tidak tunduk kepada pujian atau celaan manusia.
3. Surah At-Taubah (9): 24
قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ ࣖ
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
Makna: Jalan cinta kepada Allah menuntut prioritas. Ketika cinta kepada dunia melebihi cinta kepada Allah, kita sedang menjauh dari jalan keselamatan. (*)
