Visi Pendidikan Ibrahim As dalam Mencetak Generasi yang Berpredikat Nabi

Visi Pendidikan Ibrahim As dalam Mencetak Generasi yang Berpredikat Nabi
*) Oleh : Sahlan Muhammad Aminullah A. Ma, Li. M. Pd
Mubaligh Muda Muhammadiyah
www.majelistabligh.id -

Era modern saat ini, banyak orangtua dihadapkan pada kegelisahan besar: bagaimana mendidik anak agar tumbuh menjadi pribadi yang kuat di tengah derasnya arus globalisasi, derasnya informasi digital, serta gempuran gaya hidup instan.

Tak jarang, pendidikan hanya dipersempit pada urusan akademik dan pencapaian karier, sementara pembentukan akhlak, keteguhan iman, serta orientasi hidup sering terabaikan. Akibatnya, kita menyaksikan generasi yang cerdas secara teknologi, tetapi rapuh dalam prinsip, mudah goyah dalam nilai, bahkan kehilangan arah dalam menapaki perjalanan hidup.

Pertanyaan mendasar pun muncul: bagaimana seharusnya orangtua menyiapkan anak, bukan hanya sekadar “sukses” di dunia, tetapi juga kuat menghadapi ujian hidup, teguh dalam tauhid, bahkan mampu mewariskan kebaikan lintas generasi? Pertanyaan ini bukan sekadar wacana, melainkan kebutuhan mendesak di tengah fenomena krisis keteladanan, melemahnya ikatan keluarga, hingga meningkatnya kasus degradasi moral di kalangan remaja.

Kegelisahan ini sesungguhnya telah mendapat jawabannya dalam keteladanan seorang figur besar dalam sejarah peradaban manusia, yaitu Nabi Ibrahim AS. Beliau bukan hanya ayah yang penuh kasih, tetapi juga pendidik yang berhasil mencetak generasi mulia, bukan sekadar anak-anak shalih, melainkan anak-anak yang berpredikat nabi.

Salah satu doa beliau yang terekam dalam Al-Qur’an berbunyi, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat…” (QS. Ibrahim :35–37).

Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam pernah berjaya selama berabad-abad. Kejayaan itu lahir bukan semata karena kekuatan militer atau kemajuan ekonomi, melainkan karena kuatnya fondasi pendidikan dan kokohnya nilai tauhid dalam kehidupan umat. Maka, jika hari ini kita berbicara tentang kebangkitan, salah satu kunci utamanya adalah membangun kembali pendidikan yang bermutu dan berlandaskan iman.

Keteladanan yang sangat berharga dari sosok Nabi Ibrahim AS. Bersama istrinya, Siti Hajar, beliau berhasil mendidik putranya hingga tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya saleh, tetapi juga berpredikat nabi. Pola pendidikan Nabi Ibrahim merupakan warisan abadi yang diabadikan dalam Al-Qur’an, sehingga layak menjadi inspirasi bagi orang tua dan pendidik masa kini.

Adapun beberapa visi pendidikan sukses ala Nabi Ibrahim yang patut kita terapkan yaitu:  Pertama: Ketauhidan, visi pendidikan Nabi Ibrahim juga menekankan agar keturunannya mengikuti ajaran Islam secara total.

Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah [2]:132: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya‘qub. (Ibrahim berkata): ‘Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.’” Wasiat ini menunjukkan bahwa tauhid dan ketaatan adalah warisan utama yang beliau titipkan kepada generasi setelahnya.

Kedua: Kurikulum pendidikan yang lengkap, doa Nabi Ibrahim dalam QS. Al-Baqarah :129 menggambarkan kurikulum pendidikan yang komprehensif: tilawah untuk pencerahan intelektual, tazkiyah untuk penyucian spiritual, ta‘lim untuk pengembangan ilmu, dan hikmah sebagai panduan kebajikan. Kurikulum ini menyeimbangkan aspek akal, hati, dan akhlak sehingga mampu membentuk pribadi yang utuh.

Ketiga: Lingkungan yang baik, Nabi Ibrahim juga menciptakan lingkungan pendidikan yang terbebas dari pengaruh berhala, budaya sesat, dan kerusakan akhlak. Beliau bahkan rela meninggalkan negerinya demi menjaga keluarga dari kontaminasi aqidah yang menyimpang. Hal ini mengajarkan bahwa lingkungan yang sehat merupakan faktor penting dalam keberhasilan pendidikan keluarga.

Teladan Nabi Ibrahim AS mengajarkan bahwa pendidikan sejati bukan sekadar prestasi duniawi, melainkan pembentukan generasi yang kokoh dalam tauhid, berilmu, dan berakhlak mulia. Dengan menata kembali kurikulum keluarga dan masyarakat berlandaskan iman, ilmu, dan akhlak, kita dapat melahirkan generasi tangguh yang siap menghadapi tantangan zaman dan mewarisi peradaban mulia.

QUOTES:

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat…” (QS. Ibrahim :35–37). 

 

Tinggalkan Balasan

Search