Menjelang puncak pelaksanaan ibadah haji 1446 H, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus mematangkan persiapan. Dengan waktu tersisa 11 hari menuju wukuf di Arafah yang diperkirakan jatuh pada 5 Juni 2025 (9 Dzulhijjah), Kementerian Agama (Kemenag) menekankan pentingnya keakuratan data jemaah haji Indonesia.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, menegaskan bahwa saat ini pihaknya tengah mengonsolidasikan data jemaah agar tidak ada yang tercecer selama pergerakan puncak haji di kawasan Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina).
“Data awal mengalami banyak pergeseran. Sekarang saatnya kita pastikan datanya benar-benar fix. Kita harus tahu jemaah tinggal di hotel mana, maktabnya berapa, lokasi tendanya di Arafah, hingga layanan syarikah yang diberikan,” ujar Hilman dalam keterangannya di Jeddah, Jumat (23/5) malam.
Perubahan data, menurut Hilman, disebabkan berbagai faktor seperti pembatalan keberangkatan karena sakit, keterlambatan visa, dan perpindahan peserta dari satu kloter ke kloter lain. Hal ini mengakibatkan adanya penyesuaian daftar jemaah yang kini sudah berada di Makkah.
“Insya Allah, semua proses sinkronisasi data bisa kami selesaikan. Setelah data valid, kita bisa mulai menyusun pergerakan jemaah ke Arafah,” imbuhnya.
Tahun ini, Kemenag menggandeng delapan syarikah (perusahaan layanan haji di Arab Saudi) untuk melayani sekitar 203.000 jemaah haji Indonesia. Kemenag dan PPIH akan mengatur ritme pergerakan secara bergelombang selama 24 jam menuju Arafah, memastikan semua jemaah tertampung di tenda sesuai kelompok dan layanan masing-masing.
Jangan Pindah Hotel Tanpa Lapor
Hilman juga mengingatkan adanya temuan jemaah yang berpindah hotel secara mandiri tanpa laporan kepada petugas.
“Ada jemaah yang pindah sendiri karena ingin bersama pasangan atau mendampingi lansia. Tapi hal seperti ini harus dilaporkan agar tidak hilang dari data. Jangan sampai ada yang tidak terangkut saat pergerakan ke Arafah nanti,” tegasnya.
Kemenag ingin memastikan tidak ada jemaah yang tertinggal pada momentum wukuf, yang merupakan rukun haji paling utama. Oleh karena itu, pengecekan dan penguncian data akan dilakukan secara menyeluruh.
Hingga Sabtu (24/5) pukul 11.00 WAS atau 15.00 WIB, data Siskohat mencatat 139.783 jemaah telah berada di Kota Makkah. Jumlah ini terus bertambah seiring kedatangan jemaah gelombang kedua.
Hilman menutup dengan ajakan agar seluruh pihak—baik petugas maupun jemaah—menjaga kedisiplinan dan mengikuti arahan yang telah disusun.
“Puncak haji bukan hanya soal pergerakan fisik, tapi juga kesiapan mental dan koordinasi lintas sektor. Kami butuh kerja sama semua pihak agar ibadah ini berjalan lancar dan khusyuk,” tutupnya. (afifun nidlom)
