*)Oleh: M. MAHMUD
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan Jawa Timur
Indah namun pedih, tajam walau tak tampak. Ungkapanmu itu kuat sekali, seperti puisi kesadaran. Ghibah memang bisa terasa ringan di lisan, tapi berat di timbangan amal.
Berikut sedikit refleksi untuk memperdalam makna tersebut:
Luka yang Tak Berdarah
• Ghibah melukai kehormatan orang lain tanpa mereka sadari.
• Luka ini tidak kasat mata, tapi efeknya bisa merusak ukhuwah dan meretakkan kepercayaan.
• Seperti duri dalam daging: tak terlihat, namun sangat terasa bagi yang terdampak.
Dosa yang Tak Terasa
• Karena ghibah sering terjadi dalam obrolan sehari-hari, ia sering dianggap sepele.
• Padahal, dalam Al-Qur’an (QS Al-Hujurat: 12), Allah menyamakannya dengan memakan daging saudara yang telah mati.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ
بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ
اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Terjemah Kemenag 2019
12. Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
• Ketika kebiasaan meluncur tanpa kontrol, dosa menjadi samar, bahkan terasa “normal.”
Ghibah bisa menjadi racun yang diam-diam menggerogoti fondasi hubungan sosial. Berikut ini dampak-dampak yang sering kali luput disadari, namun sangat nyata:
Merosotnya Kepercayaan
• Sekali seseorang mengetahui bahwa dirinya telah dijadikan bahan ghibah, kepercayaan akan sulit dipulihkan.
• Komunikasi menjadi penuh keraguan dan kehati-hatian, bahkan terhadap orang yang dulu dianggap sahabat.
Retaknya Persaudaraan dan Ukhuwah
• Ghibah dapat menumbuhkan rasa sakit hati dan dendam.
• Pertemanan yang hangat bisa berubah menjadi dingin, bahkan permusuhan tak langsung.
Penyebaran Asumsi dan Kebingungan
• Informasi yang disampaikan dalam ghibah seringkali tidak akurat atau sepihak.
• Ini memunculkan prasangka buruk yang menyebar ke lingkungan luas, menimbulkan fitnah dan kesalahpahaman.
Lingkungan Sosial yang Tidak Sehat
• Jika ghibah menjadi budaya dalam komunitas, orang-orang cenderung lebih fokus mencari kesalahan daripada solusi.
• Suasana menjadi penuh syak wasangka, jauh dari nilai kasih sayang dan saling menasihati.
Kalau kita ibaratkan hubungan sebagai jembatan, maka ghibah adalah rayap yang tak terlihat perlahan tapi pasti merusak strukturnya.
Untuk mencegah ghibah dalam hubungan, kita perlu menciptakan budaya komunikasi yang sehat, jujur, dan penuh empati. Berikut ini beberapa cara praktis yang bisa dilakukan:
Bangun Komitmen Bersama untuk Menjaga Lisan
• Sepakati nilai-nilai dalam kelompok: hindari bicara tentang orang lain yang tidak hadir.
• Buat ruang diskusi terbuka jika ada masalah, agar tidak menjadi bahan pembicaraan di belakang.
Sadari dan Hentikan Sebelum Terjadi
• Latih kesadaran diri: ketika obrolan mulai mengarah ke membicarakan aib orang lain, alihkan topik atau beri sinyal untuk berhenti.
• Tanya dalam hati: “Apakah aku ingin orang lain membicarakanku seperti ini?”
Ganti Ghibah dengan Nasihat atau Doa
• Daripada menyebarkan kekurangan seseorang, doakan agar ia diberi petunjuk.
• Jika perlu koreksi, lakukan dengan adab langsung kepada orangnya, bukan di balik punggungnya.
Bangun Komunikasi Positif dan Solutif
• Fokuskan pembicaraan pada hal-hal inspiratif, solusi, atau pembelajaran.
• Biasakan memberi pujian dan dukungan, bukan kritik di belakang layar.
Muhasabah Diri Secara Berkala
• Gunakan momen harian atau bulanan untuk evaluasi diri: apakah ucapan kita hari ini membawa manfaat atau luka?
Dalam Islam, ghibah bukan sekadar kesalahan sosial ia adalah dosa besar yang diuraikan dengan sangat tegas dalam Al-Qur’an dan hadits. Berikut penjelasan lengkapnya:
Makna Ghibah Secara Bahasa dan Syariat
• Bahasa: Ghibah berasal dari kata ghaba yang berarti tidak hadir.
• Syariat: Menyebutkan sesuatu yang buruk tentang orang lain tanpa kehadirannya, meskipun hal itu benar.
Rasulullah ﷺ menjelaskan:
“Engkau menyebutkan tentang saudaramu sesuatu yang ia tidak suka. Jika benar, itu ghibah. Jika tidak benar, maka itu adalah fitnah.” (HR. Muslim)
Bahaya dan Konsekuensi Ghibah
• Menghapus pahala: Amal kebaikan bisa berpindah kepada orang yang dighibahi.
• Mendapat azab: Rasulullah melihat orang yang mengghibah memiliki kuku tembaga yang mencakar wajah dan dada mereka di akhirat.
• Tidak diterima taubatnya: Kecuali dimaafkan oleh orang yang dighibahi.
Pernahkan kita duduk di sebuah perkumpulan, lalu lidah ini mulai ringan membicarakan seseorang/ kadang tentang rumah tangganya, kekuranganya, kesalahanya, padahal ia tak hadir di sana. Kita sambil tertawa terbahak bahak seolah hal itu biasa.
Bayangkan, memakan daging saudara sendiri yang telah mati, itulah perumpamaan dari Allah bagi yang mengghibah. Jijik rasanya bisa dibayangkan. TAPI MENGAPA KITA MASIH MELAKUKANYA.
Jaga pertemanan dengan adab dan kasih, ghibah adalah bisikan setan yang membungkus keburukan dengan kedekatan. Ia menyelinap dalam tawa dan candaan. Tapi dampaknya luar biasa.
Mari kita mulai dari diri sendiri. JAGA LISAN, JAGA HATI, dan JAGA UKHWAH. (*)
