“Women are tested when men are not (poor), and men are tested when they are rich”
“(Perempuan diuji saat laki-laki tiada (miskin), dan laki-laki diuji saat dia kaya)”
Pepatah di atas adalah menggambarkan cobaan dalam rumah tangga.
Bagi perempuan, ujian terbesarnya adalah kesabaran dan kesetiaan ketika suami berada di titik terendah, kesulitan harta, atau kekuasaan. Bagi laki-laki, ujian terbesarnya adalah integritas dan komitmen saat ia berada di puncak kekayaan dan dikelilingi godaan.
Ini selaras dengan pandangan Islam yang menempatkan harta dan wanita sebagai fitnah (ujian) terbesar bagi kaum pria. Allah berfirman,
إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya:
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At-Taghabun: 15)
Ayat ini mengingatkan bahwa harta benda dan keluarga adalah ujian dari Allah, dan ujian tersebut bertujuan untuk melihat apakah kita mengelola dan mendidik mereka dengan baik sesuai ajaran-Nya.
Dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid. Beliau bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
Artinya:
“Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari No. 5096 dan Muslim No. 2740)
Hadis ini tidak berlebihan. Karena fakta memang telah membuktikan. Meskipun wanita diciptakan dengan kondisi akal yang lemah, namun betapa banyak lelaki yang cerdas, kuat gagah perkasa, dibuat lemah tunduk di bawahnya.
Meskipun para wanita diciptakan dengan keterbatasannya, namun betapa banyak para penguasa jatuh tersungkur dalam jeratnya. Meskipun wanita dicipta dengan keterbatasan agama, namun betapa banyak ahli ibadah yang dibuat lalai dari Tuhannya.
Jadi, kesetiaan sejati terletak pada kemampuan saling menguatkan di masa sulit dan saling menjaga kehormatan di masa lapang.
Semoga bermanfaat.
